CERPEN – Puluhan tahun Lukas muak dengan pesta demokrasi di daerah. Seakan dunia politik seperti perusahaan di negara yang tua, namun belum berkembang dalam etika demokrasi, yang berkembang hanya kompetisi tanpa logika yang sehat. Elit lokal dan pusat sudah lama membangun masyarakat berwawasan politik perut atau money politik. Nilai-nilai lokal yang sudah mempersatuan kehidupan masyarakat daerah hancur karena kebutuhan masyarakat berubah.
Saling menghormati satu sama lain telah hancur perlahan dengan waktu. Agama ikut berubah karena komunikasih politik yang tidak bermoral adanya perubahan kebutuhan politik yang tidak rasional. Lukas harus menjadi dewan diantara politik peruk yang sudah lama dibangun dengan pikiran hedonisme para elit daerah dan pusat. Lukas akan lawan pemikiran yang menyatakan; menjadi dewan atau pemimpin harus memiliki banyak uang untuk belanja hak suara masyarakat daerah.
“Semua masyarakat dengar baik. Kali ini bukan politik praktif, jangan mau ambil uang dan pilih Dia. Kalian harus pilih sesuai hati nurani kalian. Pemilihan kali ini menentukan nasib kalian, alam dan anak cucu kedepan. Kalian harus pilih saya, pemuda asli daerah untuk tanah ini kedepan. Ini adalah pemilihan terakhir. Saatnya kalian menentukan nasib hari ini; mau hidup tetap begini atau kita bersama mengubah hidup ini. Hari ini kalian menentukan nasib itu,”suara Lukas memecah langit pemilihan di basis-basis masyarakat asli daerah.
“Saya lama hidup dengan kalian, uang yang kalian minta saya selalu berikan untuk kalian. Kalian sudah rasakan kebaikan saya dalam hukum yang membenarkan kalian dan bukti uang. Nasib kalian adalah hari ini, ambil uang dan bangun rumah yang bagus, perbaiki kebutuhan dapur, lihat anak yang sekolah untuk bisa berpendidikan tinggi dan nantinya bangun daerah ini. Kalian coba pikir baik-baik, besok belum tentu dapat uang, ini momen untuk memperbaiki apapun untuk hidup kalian dengan nyata, bukan mimpi atau nanti,” suara Budi memecah langit pemilihan di basis-basis masyarakat asli daerah.
Waktu kampanye sudah datang. Masing-masing calon sudah memastikan basis-basis suara di masyarakat. Ada calon yang tidak berkampanye karena percaya kekuatan uang bisa mengubah hati nurani masyarakat. Tapi ada calon yang percaya kalau Ide lebih kuat dari kekuatan uang. Budi dan Lukas.
Budi sudah duduk di kursi dewan tiga periode. Selama lima belas tahun. Lukas belum pernah jadi dewan, dia selalu kalah selama tiga kali pemilihan dengan kekuatan uang Budi, padahal Lukas anak daerah dan Budi pendatang di daerah pemilihan. Daerah yang nenek moyang Lukas lahir dan besar.
“Tahun ini masyarakat sudah tidak seperti masyarakat di tahun 2024. Mereka sudah pintar memilih uang dan melihat ide mendukung mereka. Biar pun Budi amankan sistem tapi kekuatan masyarakat lebih kuat”
“Lukas ini luar biasa dan sangat idealis, dia pikir hari ini orang sudah membutuhkan Ide. Kita lihat saja, teori Plato yang dia pake sebagai dasar pembenaran itu bisa lakukan sesuatu atau tidak. Teori itu sudah tidak relevan dengan zaman ini lagi, sejarah pemikiran sudah berjalan jauh. Coba baca pemikiran para filsuf lain yang mengkritik ide”
“Kita harus melihat kehidupan sekarang, banyak orang hidup susah hari ini. Makanya saya siapkan dana untuk mereka. Jadi ya, nyatanya saya duduk tiga periode di daerah ini walau pun saya bukan pribumi. Tidakpapa saya mau dikata sangat materialistik dalam pemikiran, tapi itulah kenyataan. Ide Plato juga sama saja, dulu dianggap mendukung aristokrat, menindak budak-budak atau orang miskin”
“Budi ini kan sangat material. Kalau Budi bicara soal teori Plato itu sangat luas, jadi hati-hati bicara soal filsafat karena bisa kemana-mana. Teori itu orang bahas sepanjang sejarah jadi harus baca historinya lalu tematik. Tapi intinya teori Plato tidak dimaksud sebagai gambaran realitas secara literal, melainkan sebagai alat filosofis untuk memahami hubungan antara konsep abstrak dan objek konkret. Jadi saya percaya saya bisa menang dengan saya punya ide, tapi juga mungkin saja ini salah satu teori”
“Jadi sangat jauh kalau Budi singgung soal teori-teori. Hal itu kita bisa diskusi di ruang akademik, seharusnya selama Budi jadi dewan selamah tiga periode itu membangun ruang intelektual soal teori dan praktek. Tapi belum ada sampai hari ini. Tapi tidak papa, kita akan buat setelah saya jadi dewan, makanya saya tetap perlihatkan ide kreatif saya. Saya percaya kali ini masyarakat sudah mampu melihat sesuatu yang adil dan benar untuk mereka”
Waktu pencoblosan tiba pada tanggal yang ditentukan. Seakan dua caleg saling berhadapan diatas ring tinju di daerah pemilihan yang disaksikan semua masyarakat. Budi caleg yang kaya, banyak uang, sedangkan Lukas caleg yang tidak memiliki uang selain ide. Seperti gaya berpolitik Budi, dia akan cari suara dengan uang. Tapi Lukas tidak, dia akan cari suara dengan cara menjual ide.
Dalam pertarungan yang sengit, Budi mencoba membeli semua suara di basis Lukas. Budi berpikir dengan mudah dia akan menang dengan uang, seperti masa politik lima belas tahun lalu; Budi dapat menguasai segala sistem. Seluruh daerah Lukas diperbincankan. Budi mulai berpikir keras, dia harus menghancurkan ide Lukas.
Lukas tidak gentar. Lukas percaya kali ini Budi akan kalah dengan ide. Lukas sadar bahwa ide memiliki nilai yang jauh lebih besar daripada uang Budi selama lima belas tahun. Lukas tolak tawaran uang untuk membayar basis-basis suara di masyarakat. Sejak dahulu Lukas memutuskan untuk tetap setia pada nilai-nilai kebebasan manusia dalam hidup kesederhanaan bersama masyarakat daerah.
Lukas ingin membangun masyarakat yang berwawasan politik yang benar, memilih pemimpin dengan ide, seperti masyrakat politik di negara-negara besar. Lukas membutuhkan uang hanya untuk operasional tim. Tidak pada belanja hak suara orang lain. Cara itu Lukas buktikan selama dia maju tiga kali calon dewan, tapi masyarakat lebih memilih uang.
Lukas terus kawal suara yang diberikan hanya karena ide yang brilian dan inovatif. Sementara Budi semakin frustasi karena ternyata uangnya sudah tidak dapat membeli hak suara lagi, seperti lima tahun yang lalu. Semua masyarakat telah berubah, sudah menolak uang milik Budi. Lukas meraih suara terbanyak dari Budi di daerah. Lukas sukses menciptakan suasan politik baru dengan ide yang selamah ini dia bangun. Bangun selamah lima belas tahun.
Lukas menjadi dewan menggantikan Budi yang sudah duduk tiga periode. Budi mulai sadar dan belajar bahwa, uang bukanlah segalanya, dan selamanya uang tidak selalu membeli apapun yang kita inginkan jika momen berpihak pada orang lain.
Masyarakat telah setia pada nilai-nilai sebagai orang asli daerah. Masyarakat sudah percaya pada kekuatan ide pemimpin, dan bahwa uang bukanlah satu-satunya ukuran kesuksesan seseorang dan kelompok.
“Lukas menang besar di basis Budi”
“Kenapa bisa begitu, padahal Budi sudah tiga periode dan punya banyak uang”
“Itulah Politik, tidak selamanya kita akan menang terus dengan uang. Sekarang masyarakat daerah sudah pintar karena banyak pengalaman sudah mereka alami dan lihat”
“Benar, karena Lukas tidak ada uang tapi Dia punya sosialisasi Ide yang dia punya sangat sistematis dan menyebar dalam masyarakat, itu berjalan cukup lama. Lukas jadi bahas diskusi dalam masyarakat daerah, jadi wajar Lukas menang”
“Sekarang masyarakat lihat ide, dulu tahun 2024 boleh masyarakat ambil-ambil uang, jadi Budi naik tiga periode”
“Benar, saya juga maju nanti”
“Siapkan ide yang masyarakat bisa terima saja, jangan bicara yang besar-besar dengan ilmu besar, cukup yang masyarakat bisa lihat dan rasakan saja. Seperti Lukas itu kan dia sabar, belajar tentang Filsafaf dan dia percaya itu. Saya senang dia sudah duduk di kursi dewan biar ada ruang diskusi untuk kita anak muda nanti”
“Itu benar, saya sepakat”
Dua puluh tahun masyarakat dibelenggu dengan kebutuhan uang yang besar, seperti jiwa manusa dalam pemikiran para filsuf besar; epitomia, tumos dan logos. Tapi filsafat hanya sebuah bahasa untuk menjelaskan sesuatu. Apapun selalu ada kemungkinan lain yang bisa lihat dan bisa ciptakan. Seperti Lukas yang bisa mendapatkan suara terbanyak dari Budi, padahal Lukas tidak punya banyak uang. Setiap zaman punya zaman politik yang selalu berbeda dan harus terjadi apapun warna politik dalam era moderen.
Inilah momen politik di tahun 2035 setelah masyarakat daerah menolak uang. Masyarakat telah membutuhkan pemimpin yang memihak pada darah, tulang dan tanah. Lukas selamat pemimpin periode 2035-2040. Budi waktumu mungkin harus istrahat. Jika ada waktu, lima tahun lagi Lukas akan menang lagi. Budi akan punya momen politik yang lain. Bukan melawan Lukas tapi melawan Budi sendiri di daerah lain.
Lukas telah bebas karena ide. Budi sudah lama bebas dan pasti Budi bahagia. Sampai jumpa Budi. Terima kasih atas kehidupanmu. Banyak hal telah menjadi bahan kehidupan kami disini.
(Nomen Douw. Abepura 2024)