Oleh: Nomen Douw
OPINI – Negara Maroko menjadi salah satu negara asal benua Afrika yang masih terus bermain di Piala Dunia 2022 Qatar di babak 8 besar, dan akhirnya lolos semi final setelah mengalahkan Portugal dengan skor satu kosong. Dalam sejarah sepakbola piala dunia, Maroko menjadi Negara Afrika pertama yang masuk hingga semi final, Maroko ukir sejarah baru sepakbola dunia dan Afrika. Sepanjang Maroko bermain, para pemain dekat dengan keluarga mereka yang hadir di stadiun; beberapa pemain merayakan setiap kemenangan dengan memeluk ibu kandung mereka dalam lapangan.
Kekeluargaan Maroko terlihat depan mata dunia, para pemain terharu bangga dengan kehadiran mereka menonton secara langsung, sepakbola memberikan kesempatan yang luar biasa bisa memberikan sesuatu yang baik untuk negara asal mereka walaupun sebagian pemain lahir besar dan tinggal di eropa. Ada hal yang menarik dari Maroko dan para pemain, ada sejarah hidup orang asli Maroko dulu hingga kini kembali dipertemukan dimomen sepakbola dunia.
Sekitar 75% pemain tim Nasional Maroko adalah Mingran alias bukan asli Maroko, tapi diakui karena nenek moyang mereka berasal dari Maroko. Beberapa pemain perna membela negara eropa di level junior karena lahir besar disana. Dulu terjadi exsodus di eropa barat (1965-1972) termasuk Maroko karena ketidakstabilan politik ekonomi kacau disaat itu.
Faktor krisis itu memicuh banyak warga asli Maroko tinggalkan Negeri mereka Maroko, pergi menyeberang ke negara-negara eropa, memulai kehidupan yang baru. Tahun 1998 orang Maroko di eropa meningkat tajam, mereka tinggal di Belanda, Spanyol, Prancis, Jerman, Italia, Norwegia dan Belgia, mereka diberikan hak warga negara dan bergabung uni eropa.
Sebagian besar pemain Maroko lahir dan besar di eropa diatas. Waktu mereka kecil mereka membela negara tempat lahir mereka, tapi setelah mereka menjadi pemain besar, di kenal dunia, mereka lebih memilih membela tanah asal mereka Maroko, kampung asal mereka walaupun mereka lahir dan besar di eropa. Seperti mantan pemain Juventus, Medi Benaria, memilih membelah Maroko ketimbang timnas Prancis.
Hakimi, lahir dan besar di Spanyol memilih bermain untuk Maroko dari pada timnas Spanyol. Hakim Ziyech lahir dan besar di Belanda, lebih memilih bermain untuk Maroko, tanah asalnya, dan juga Mimoun Mahi lahir besar di Belanda menolak juga bermain dari timnas Belanda untuk lebih membela tanah asal nenek moyang Maroko. Ada pemain lain juga sama, bermain memilih negeri asal mereka di momen panggung dunia, depan mata dunia. “Saya pikir dengan hati ketika saya memilih Maroko, dan hati saya adalah untuk Maroko,” kata Mimoun Mahi striker Maroko kepada media newyorktime ketika ditanya memilih bela Belanda atau Maroko.
Di momen pertandingan Piala Dunia di Rusia, empat tahun yang lalu, lima pemain Maroko lahir besar di Belanda diserang dengan kata tidak nasionalis hingga diserang dengan isu rasis oleh warga negara Belanda hanya karena menolak bela tim nasional Belanda. Sama halnya juga dirasahkan oleh pemain lain di negara eropa, tempat mereka lahir dan besar, mereka tetap lari dari eropa untuk tanah leluhur mereka Maroko. Di Piala dunia 2018 Rusia mereka gugur dibabak pengisian, tetapi di Piala Dunia 2022 Qatar mereka melaju sampai di babak semi final, mereka mengukir sejarah bagi tanah Afrika, Bangsa dan keluarga mereka.
Salah satu kebanggaan untuk para pemain diaspora yang melawan negara lahir besar mereka demi membela tanah leluhur mereka Maroko. Hanya 10 pemain dari keseluruhan pemain yang lahir di Maroko, rata-rata semua pemain inti adalah pemain lahir besar di eropa, misalnya pemain bernama Mimoun Mahi lahir besar Belanda telah menggenapi mimpi ayahnya yang sudah tiada, perna berpesan kalau Ia harus kembali ke Maroko membela tanah airnya nanti.
“Kami telah mengadakan kamp pelatihan yang telah memasukan anak-anak muda para diaspora yang tinggal di Spanyol, Italia, Belanda, Jerman dan Prancis. Mereka memenuhi syarat melalui orang tua atau kakek-nenek mereka,” kata Mark Wotte direktur teknik Maroko kepada wartawan.
(Diolah dari beberapa sumber refrensi)