Oleh : Nomen Douw
MK – Telusuri di tante google dengan nama ”Tugu Roket atau Tugu Tinggal Landas Nabire Papua” tertampil objek photo Tugu Roket seperti sudah siap terbang. Siang hari dan malam hari dengan wujud modifikasi menjadi pohon Natal raksasa dan Kubah yang bersama menyala, ada kekayaan moral yang ditampil pada tubuh Tugu Roket, ada juga objek photo extreme lain yang ditambilkan google, nampak-nampak kecelakaan mobil dan motor depan wajah Tugu Roket.
Apakah Tugu Roket ini meninggalkan nilai sejarah yang berwarna bagi orang-orang Nabire?
Ada komentar dari orang-orang yang perna berkunjung ke Nabire di jejaring google yang saya ketemu pada photo wajah Tugu Roket, misalnya mereka komentar; salah satu icon kota Nabire, Tugu yang menjadi acara besar di Nabire, Terletak di Jantung kota Nabire dan sebagainya. Tugu Roket terekam dalam waktu yang cukup lama bagi orang-orang Nabire (lahir dan besar) .Tugu telah menjadi Monumen karena nilai historis 1991-2022, berubah dari Tugu.
Tugu Roket atau Tugu Tinggal Landas Nabire tidak memberikan makna filosofis yang dekat dengan geografis dan antropologi sejarah lokal?
Orang-orang Nabire bermain-main dengan Tugu Roket; lucu-lucuan, estetika saat perayaan hari besar Agama, dan juga memberi jelas tanda titik nol kilo meter pada letak pusat kota Nabire.
Tugu Roket tidak memberikan cerita yang unik secara kolektif tapi punya beberapa lukisan timbul di pundak dibagian bawa roket yang memberikan gambaran umum bagi orang-orang Nabire. Tugu Roket berdiri dalam proses waktu yang lama membuat orang-orang tidak ingin kehilangan dari cerita lama (sejarah).
Hari selasa pagi (04/10/2022) Tugu Roket dihancurkan dengan alat berat, nampak roket seakan gagal terbang karena gangguan teknis, jatuh berderai diatas tanah semen.
Apakah ada momen yang hilang?
Photo orang-orang Nabire mengucapkan selamat hari natal depan pohon natal raksasa, selamat lebaran saat mudik depan kubah, Tugu Roket punya warna tersendiri ketika acara besar. Orang-orang Nabire sudah tidak berbangga lagi memiliki pohon natal raksasa ditengah kota seperti di daerah lain yang lebih moderen atau menikmati hari besar Islam dengan ornamen pada Tugu Roket diubah. Namun tentu ada cara lain menikmati momen acara keagamaan.
Orang-orang Nabire menikmati setiap warna sejarah yang begitu lama, menikmati wujud yang berubah-ubah. Berangkat dari itu, mungkin orang-orang Nabire merasa kehilangan Tugu Roket dalam sejarah yang begitu lama? Tugu roket berdiri sejak 1991, di bangun dengan prakarsa warga Jawa Timur di Nabire. Tugu Roket tanpa makna, tapi berdiri lama dengan warna sejarah yang panjang.
Tapi apa pun perubahan, setiap pemimpin punya caranya sendiri untuk memimpin, namun penting juga untuk komunikasih, seperti kata Sir Richard Charles Nicholas Branson, seorang industrialis asal Inggris,”Komunikasi adalah skill terpenting yang dapat dimiliki setiap pemimpin.”
Banyak cara merawat sejarah, melalui cerita dalam teks, lisan, museum dan salah satunya Tugu yang telah menjadi Monumen. Tidak merusak yang ada tapi memperjelas makna sejarah dan filosofisnya untuk generasih mendatang agar tidak tenggelam dalam sejarah yang baru. Melalui sejarah Tugu orang-orang Nabire bisa bercerita soal sejarah karena ada bukti fisik, bisa menjadi pintu masuk mempelajari sejarah lain.
Jejak sejarah bisa ditelusuri melalui salah satu objek tertentu dan menjadi bahan pembelajaran sejarah kedepan. Seperti kata James Baldwin, seorang penyair, novelis, dramawan, eseis, kritikus sosial berkebangsaan Amerika Serikat.
“Sejarah, karena hampir tidak ada yang tahu, bukan hanya sesuatu yang harus dibaca. Dan itu tidak hanya merujuk, atau bahkan terutama, ke masa lalu. Sebaliknya, kekuatan besar sejarah berasal dari kenyataan bahwa kita membawanya dalam diri kita, secara tidak sadar dikendalikan olehnya dalam banyak hal, dan sejarah secara harfiah hadir dalam semua yang kita lakukan. Hampir tidak mungkin sebaliknya, karena sejarahlah kita berutang kerangka acuan kita, identitas kita, dan aspirasi kita.”
(catatan opini)