Produser dr. Merlien Embai, Sp. A sukses mengarap film pendek, Maria Gadis Ambaidiru. Film ini di sponsori oleh Pemda Kepulauan Yapen bekerja sama dengan alumi Uncen dan Bank Mandiri.
Film pendek ini buat saya nonton tiga kali karena semua pemeran yang bermain berhasil menyampaikan pesan yang dimaksud dengan komunikasi yang lucuh, lugas versi orang Papua.
Sesuai judul film pendek, Maria (Kristiana Kabogo) turung dari kampung Ambaidiru ke kota Serui untuk lanjut Sekolah Menengah Atas (SMA) Maria tinggal dengan adik perempuan dari bapa (tante)
Karena pergaulan yang salah, Maria hamil dari Teodorus (Alberth Nuntian) mereka pertama kali berkenalan saat Maria sedang pulang sekolah. Teodorus kuliah di Stioge (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ottow & Geissler) Mereka tinggal di kampung Sarondori.
Bahasa yang di gunakan dalam film sangat dekat dengan masyarakat Papua, sehingga setiap adegan yang dimaksud tersampai dengan baik. Film pendek Maria Gadis Ambaidiru ini cocok di putar di bioskop seperti film Orpa yang perna ditayang tahun 2023.
Dari pesan moral yang disampaikan dalam film Maria Gadis Ambaidiri lebih bagus dari film Orpa, walaupun film Maria Gadis Ambaidiru hanya film pendek yang ditayang di youtube, tapi pesan moralnya sangat memprovokasi untuk para penonton.
Film Orpa terlihat banyak drama, pesan moral tidak padat dan cenderung bias kemana-mana, tapi aktornya sangat luar biasa dalam aktin, sama seperti film Maria Gadis Ambaidiru. Tokoh utama Maria (Kristiana Kabogo) dan Orpa (Orsilla Murib) dalam kedua film itu berhasil memerangkan karakter sesuai naska film.
Dua gadis Papua yang memiliki bakat didunia perfilman yang luar biasa. Film pendek Maria Gadis Ambaidiru ini juga tidak seperti film Denias (2006), Orpa dan film Di Timur Matahari (2012) yang melibatkan artis besar Ibu Kota Jakarta untuk membesarkan nama film.
Film pendek ini perlihatkan keindahan alam yang natural di Kepulauan Yapen; kota kecil yang santai di pinggiran bibir pantai dekat pelabuhan utama, pantai yang sejuk di pagi hari dan sore yang indah_terlihat saat keluarga Maria beraktivitas mencari ikan ketika senja sedang pergi hingga malam yang sepi tembus pagi.
Warung kopi milik bapak Maria (Ais Sarwuna) di ketinggian bukit perlihatkan indahnya kampung diatas awan yang dingin dan sejuk bersama aroma wangi kopi asli dari rimba Kukupi Ambaidiru. Tahun 1953 masyarakat Ambaidiru mulai budi daya kopi hingga sekarang_wilayah ketinggian beriklim dingin cocok untuk kopi rabusta natural.
Film pendek berdurasi 1:06:05 menit ini memuat beberapa pesan moral sesuai realita di Papua yang sedang terjadi dan sudah terjadi. Cerita yang ditulis oleh dr. Susan Sipatha ini telah melihat dengan real (nyata) sehingga dari semua kalangan yang penonton akan dapat pesan yang disampaikan tanpa berpikir lama atau bigung seperti film-film besar yang di putar di bioskop.
Empat Pesan Moral Dalam Film Maria Gadis Ambaidiru:
Pesan moral pertama; tentang sosialisasi dari tim PKPR (Program Kesehatan Peduli Remaja) dari puskesmas Serui kota di SMA Negeri 1 Serui di ruang kelas Maria dan teman-temanya tentang cara menjaga kebersihan alat kelamin pria dan laki-laki.
Pesan moral kedua; bimbingan keluarga dari kader tim pendampin keluarga, program dari BKKBN dan dinas perberdayaan perempuan dan keluarga berencana di rumahnya Martina (Lenny Picanussa)
Pesan moral ketiga; penjelasan tentang stunting di Posyandu Kampung Ambaidiru kepada masyarakat yang tidak memahami yang datang protes di kantor Posyandu. Dokter yang bertugas mendatanggi rumah masyarakat untuk menjelaskan soal stunting.
Pesan moral keempat; tentang Maria yang hamil dibawah umur ketika melahirkan di rumah sakit sulit mendapatkan jaminan kesehatan karena persoalan administrasi seperti kartu BPJS, Kartu Keluarga (KK) dan KTP. Dan juga saat proses lahir kondisi anak tidak normal. Ada juga sosialisasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Yapen di kampung Ambaidiru tentang stunting dan pembagian makanan untuk anak dan ibu.
Pemilihan musik dan proses editing video cukup bagus, walaupun ada beberapa kesalahan. Selain pesan moral, ada kongflik yang diciptakan sangat menarik sebagai efek seni. Misalnya perjuangan seorang Mama janda asal Maluku yang menghidupi keluarga serta membiyayai Teodorus dan Adiknya Marthen (Clemens Merani) sekolah hingga diperhadapkan dengan masalah. Bapa Maria yang galak perlihatkan kasih sayang seorang bapak kepada anak perempuan yang putus sekolah karena pergaulan bebas (hamil)
Diakhir film agak kurang menarik karena ada adegan berulang soal sosialisasi stunting, tapi tetap menarik karena film ini sasaranya untuk sosialisasi masalah stunting. Film pendek Maria Gadis Ambaidiru ini sangat penting untuk bisa dinonton semua elemen di Papua.
Film bertema sosial seperti ini harus lebih banyak lagi diproduksi oleh Pemerintah, LSM dan Agama. Apalagi kita di Papua minim instrumen pengetahuan dan banyak masalah sering terjadi. Semoga Pemerintah Daerah di seluruh Papua bisa memproduksi film pendek bertema sosial lainnya. Film ini harus di putar di Sekolah-Sekolah di Papua, Gereja dan komunitas.
Penulis: Nomen Douw