Oleh : Aban Bunapa

CERPEN – Margaretha Kudiai, tolong jangan tambah gula, kamu cukup manis untuk aku. Ade sayang, izin aku pamit pulang.

Hidup ini penuh irama dalam game cinta yang sulit untuk telusuri namun bisa dirasakan naluri batin, pahit dan manis.

Meski jauh wajah. Secangkir katamu terbayang lewat jendela handphone (hp) android jadi saksi bisu. Aku menikmati rasa itu.

Jadikan panutan pegangan hidup menunggu kepastian dari jauh serta berdoa kepada Sang Juru Selamat kita.

Secangkir kopi pahit sangat berasa siapa kopi itu sebenarnya. Kenapa lagi ditambah gula yang harus dimaniskan bukan ka harus bertahan pada prinsip kita, tujuan kita, rencana kita, harapan kita, masa depan kita.

Kenapa harus terburu-buru apakah engkau lupa kata motivasi hidup dari sang motivator; segala kecukupan berawal dari nol, bersatu dan tumbuh menjadi manusia yang bisa menghasilkan beni penerus dan beragam hidup.

Mengapa secepat itu membalik arah lalu pergi tanpa ada kabar, berpamitan, layaknya seorang manusia sebagaimana pamitan senja sore menyinari hari sebagai ucapan pamitan pada matahari siang untuk pergi.

Cukup jangan bilang lagi!

Kata-Mu Nikmatilah setiap perjalanan yang dihadapi hidupmu, karena perjalanan yang rumit akan menghasilkan sebuah cerita yang menarik.

Tiada artinya semua yang itu. Kenyataannya engkau berpaling pada yang lain. Engkau memulai engkau yang mengakhiri sebelum sampai kita usia senja dengan bahagia seperti kebanyakan orang di dunia.

Iya!

Meski hanya kabar di hp, realita sakit-ku ini telah terlena. Aku terasa gila dan putus harapan karena terlalu manis-mu. Seperti gula melahirkan penyakit gula yang membunuh.

Aku manusia normal Margaretha.
Kesehatan fisikku baik-baik saja.
Namun hati yang tak bersuara ini,
terlalu duri, tajam membuat luka perlahan; perlahan menahan penyesalan hilangnya harapan bersama-mu.

Ade Margaretha Kudiai yang selalu aku cinta. Dari realita yang engkau hendaki.
Hanya satu kata untuk ucapan terima kasih.

Singkatnya, Engkau menyajarkan cinta. Ini baru dalam hati-ku. Aku tidak tau. Kapan kita berjumpa untuk cinta ini. Aku mencintai-mu yang pertama.

Sekali lagi dengan hati yang gemetar sayang. Terima kasih.

Engkau izinkan aku untuk bermimpi, ilusi dengan minum satu botol anggur merah di kota Timika. Mulai hari ini untuk menahan penyesalan, dan seterusnya. Sampai aku akan berubah di waktu cinta. Entalah. Kapan itu?

Timika, 28 Desember 2023

Share this Link

Comments are closed.