OPINI – Wilayah Indo-Pasifik sebagian sudah dimerdekakan tapi belum terlepas dari permainan politik dunia ala barat. Setelah perang dunia II (1945) di menangkan Amerika Serikat (kapitalisme) dengan taktik bom Ibu Kota Jepang (Hirosima dan Nagasaki) negara-negara adikuasa belum merasah cukup dan terus mencari sumber daya alam (SDA) diseluruh dunia untuk kebutuhan masing-masing negara.
Setelah status politik berubah dari genggaman penjajah, wilayah Indo-Pasifik menjadi daerah yang penting karena Sumber Daya Alam (SDA) yang masih diperebutkan negara-negara kapitalis dengan berbagai cara politik. Seperti Indonesia dengan Amerika Serikat telah menjadi kakak adik yang saling jujur mengatur exploitasi sumber daya alam (SDA) di Papua.
Dalam tahun ini (2023) Amerika dan Indonesia berkunjung ke Papua New Gunea (PNG) wilayah satu daratan dengan Papua, ada agenda yang lebih penting selain menjalin kerjasama ekonomi, tentu ada politik yang dibicara di ruang rahasia.
Australia, Britania Raya dan Amerika Serikat mendirikan pakta keamanan pada 5 September 2021. Australia dibantu Amerika dan Britania Raya sudah mengerakkan militer barat dan mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir. Banyak analisis menulis pakta pertahanan Aukus untuk melawan pengaruh Republik Rakyat Tiongkok (RRC)
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengatakan dalam acara menjamu Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak di San Diego pada 13 Maret 2023 membahas Kapal Selam Daya Nuklir ”proyek itu adalah bagian dari komitmen bersama untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka”
China merespon tentang Kapal Selam Daya Nuklir yang akan dimiliki pakta keamanan Aukus. China mengatakan rencana AUKUS melanggar Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT). Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan kepada wartawan di Beijing:
“Kami mendesak AS, Inggris, dan Australia untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan permainan zero-sum, menghormati kewajiban internasional dengan itikad baik, dan melakukan lebih banyak hal yang kondusif bagi perdamaian regional dan stabilitas,”.
Amerika Serikat (AS) pada tanggal 22 Juni 2023 berkunjung ke Papua Nugini (PNG) dan menandatangani kesepakatan kerjasama pertahanan, memperluas kapabilitas militer AS untuk berlatih dengan pasukan PNG, tapi Perdana Menteri James Marape menegaskan bahwa PNG tidak akan digunakan sebagai pangkalan AS untuk perang dan perjanjian pertahanan itu melarang operasi militer ofensif.
Mahasiswa PNG protes dengan keputusan Presiden karena Amerika Serikat berusaha menghalangi negara-negara pasifik bangun hubungan keamanan dengan China, kekhawatiran yang meningkat di tengah ketegangan di Taiwan dan Beijing menandatangani pakta keamanan dengan kepulauan Salomon tahun lalu.
China telah menjadi investor infrastruktur utama di PNG, yang berada di dekat jalur laut penting dan kabel bawah laut internasional yang menghubungkan Amerika Serikat dan sekutu Australia, yang sangat penting dalam Perang Dunia Kedua. PNG sudah berhenti kerja sama dengan China. PNG menjadi sekutu Amerika Serikat seperti Indonesia dan negara lain saat ini.
Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Papua Nugini (PNG) James Marape di APEC Haus, pada Rabu 01 Juli 2023. Membahas kerjasama kedua Negara di beberapa bidang, salah satunya pendidikan, Indonesia akan membiyayai 2000 Mahasiswa PNG di Indonesia, terbuka kerjasama hilirisasi, dan Indonesia berkomitmen kerja sama dengan PNG kedepan dengan baik.
Dengan cepat Papua Nugini (PNG) semakin berada di ajang pemain ekonomi politik global, negara-negara besar Eropa sudah mulai menatap PNG sebagai Negara yang penting. Ada beberapa pertanyaan yang muncul: Apakah ini karena kecerdasan diplomasi Jemes Marape sebagai Perdana Menteri yang hebat? Apakah karena Amerika ingin melawan pengaruh Negara China di Indo-Pasifik? Tentu ada banyak benang merah terkait politik berskala besar.
Menurut hemat penulis bahwa; melihat cara Amerika Serikat (AS) mengajak semua sekutu ke PNG, artinya bahwa Amerika Serikat dan sekutu ingin memperkecil dan melawan pengaruh China (sosialis) di wilayah Indo-Pasifik, apalagi PNG sudah mengijinkan Amerika Serikat bebas terbang wilayah Papua Nugini. Tentu China terganggu dan akan melakukan manuver politik untuk memberikan signal.
Jika ketegangan Politik semakin nampak atau kuat, Wilayah Indo-Pasifik dan Papua Nugini (PNG) situasi politik bisa saja berkembar seperti di Ukraina, Taiwan dan LCS hari ini. Amerika sudah lunak di Timur Tengah setelah beberapa Negara Abab menjadi mengikutnya dan sebagian kekayaan alam berhasil di explorasi perlahan menipis.
Amerika Serikat dan sekutu telah menginjak Indo-Pasifik, jika kepala Negara salah langkah dalam melihat geopolitik dunia, Indo-Pasifik dan wilayah Papua akan menjadi medan perang yang baru, termasuk Indonesia akan lebih terbuka menjajah Papua bersama Amerika. Mungkin saja Indonesia akan menjadi medan perang yang lebih berbahaya seperti Negara-negara di Timur Tengah.
sumber data: sumbawanews. wikipedia.ampdw.
(Nomen Douw)