PAPUA TENGAH – Indonesia dijajah selama 350 tahun dan berhasil memanfaatkan situasi politik perang dunia ke-II (1939-1945) setelah dua kota besar Jepang dibom Negara Amerika Serikat, kota Hiroshima dan Nagasaki. Sebelum Indonesia merdeka, beberapa pemuda Indonesia sukses sekolah ke luar negeri dan menjadi tokoh Nasional Indonesia, yakni Mohammad Hatta, Sultan Sjahrir, Soedjatmoko dan Soemitro Djojohadikusumo.
Saat ini Indonesia memiliki tokoh publik, intelektualitasnya rata-rata menglobal dari berbagai profesi dengan titel Profesor. Tetapi ada hal yang tidak selesai dari intelektual mereka setelah selesai dan bekerja di banyak kampus ternama di Indonesia. Hanya sebagian tokoh publik yang memberikan saran kritis untuk masalah di tanah Papua, yakni yang paling kencang kritik Pemerintah Pusat adalah Rocky Gerung, seorang filsuf, akademisi, dan intelektual publik Indonesia.
Orang Papua melihat Rocky Gerung dan beberapa tokoh lain seperti Haris Azhar sebagai filsuf dan intelektual Indonesia yang mampu melihat kebijakan Indonesia untuk Papua yang tidak kontekstual atau jauh dari kebiasaan hidup orang Papua.
“Memang soal keadilan sosial hanya bisa diatasi dengan Otsus. Namun, Jakarta lupa begitu Otsus dibawa masuk ke Papua, entah kemana (dananya) dan siapa yang bertanggung jawab. Lalu ketika pemerintah pusat akan memeriksa, nanti dicurigai kalau dana Otsus itu ikut dinikmati oleh KKB. Dan kita enggak pernah tau itu isu atau betul-betul fakta,” kata Rocky Gerung melalui media online wartaekonomi (04/23/2023)
“Jadi betul beban Pak Jokowi memang banyak karena beliau terus menerus fokus pada infrastruktur. Dia lupa bahwa keberatan bangsa ini tidak ditentukan oleh panjangnya jalan tol, tetapi panjangnya jalan pikiran. Panjangnya harapan publik bahwa Papua itu benar-benar bisa diasuh dengan cara yang masuk akal, bukan dengan pendekatan yang sifatnya negaraisme,” lanjut Rocky Gerung.
Rocky Gerung adalah sosok intelektual yang berpegang pada tanggan warga biasa, kelas bawah, kritisnya mendiskusikan dinamika zaman politik orde baru hingga orde lama bersama beberapa para tokoh oposan orba seperti Gusdur dan tokoh lainnya. Kritisnya menembus hingga era Soeharto dan zaman Susilo Bangbang Yudhoyono (SBY). Rocky Gerung menjadi tokoh pembicara favorit di kalangan LSM dalam aksi BBM, Bank Century, Ominibus Law dan berbagai masalah lainnya di Indonesia dan dunia.
“Ibu Mega mengajukan tesis baru, bahwa kalau masih memimpin negara, dia akan hentikan kekerasan atau cara-cara menangani di Papua, karena ternyata menimbulkan banyak korban pada TNI,” kata Rocky Gerung berbincang dengan Hersubeno Arief,di Channel YouTube Rocky Gerung Official 2023, dikutip Jumat (2/6/2023)
“Jadi sekali lagi, Ibu Mega menegur Presiden Jokowi sebagai orang yang tidak paham tentang isu kedaulatan. Ini pentingnya kita kasih poin kepada Ibu Mega,” Lanjut Rocky Gerung.
Rocky Gerung menyoroti popularitas Jokowi di Tanah Papua dan langkah-langkah solusi untuk permasalahan Papua. Semenjak peristiwa Trikora 19 Desember 1961 sampai kini belum ada titik terang untuk dialog damai setelah terjadi rentetan tragedi di seluruh Tanah Papua. Rocky Gerung menyeroti lembaga-lembaga survei tentang angka persen yang tidak sesuai fakta di lapangan.
“Itu juga terlalu banyak upacara untuk memuliakan Pak Jokowi di Papua. Terakhir saya baca survei, mungkin dua atau tiga hari yang lalu, bahwa penerimaan orang Papua terhadap Pak Jokowi itu mencapai 82%,” kata Rocky Gerung di media online warta ekonomi (20/04/2023)
Harkat dan martabat digadai dengan uang dan kekuasaan oleh pemerintah pusat melalui program Nasional yang lebih banyak berorientasi pada pembagunan fisik ketimbang pembagunan manusia, seperti pendekatan militer yang seharusnya dengan cara persuasif dan dialog damai. Kata Rocky Gerung, “Masyarakat Papua mengatakan tidak jadi soal ada perbedaan ras, etnis dan agama. Tetapi Jakarta tidak punya konsep tentang keadilan Papua,”
Banyak perusahaan berskala Internasional di Papua, yakni PT Freeport, Pabrik gas Ethylene, dan berbagai perusahaan kelapa sawit di seluruh Tanah Papua. Tapi anehnya, data BPS tahun 2022 menunjukkan Papua di urutan paling atas kemiskinan di Indonesia dengan angka Papua 26,80%, Papua Barat 21,43). Kata Rocky Gerung,“ Papua perlu martabat, bukan martabak”
Perang adalah bisnis perusahaan alat-alat perang yang di sponsori oleh kelompok orang-orang kaya dunia untuk keuntungan diri mereka sendiri (elit global). Jika kita melihat Papua dari teori perang dan bisnis, ada kemungkinan konflik di Papua diciptakan oleh kelompok berkepentingan besar di Tanah Papua, misalnya soal konflik yang tidak ada kata habisnya; menjadi salah satu cara cipta kondisi dari kelompok yang ingin mengambil modal besar dari kekayaan alam Papua diantara konflik sosial.
Seperti kata Rocky Gerung dalam Forum News Network, Rabu (11/1/2023), ”Papua ini hotspot, Papua ini burning issue yang terus menyala. Saya dapat pertanyaan dari teman-teman di luar negeri tentang apa yang terjadi di Papua. Ada kelompok tertentu yang akhirnya jadi fanatik disitu”
Rocky Gerung di mata orang Papua, Intelektual Publik Indonesia yang berani bersuara bebas tentang ketidakadilan Negara terhadap diskriminasi sosial dan kekerasan sistemik pada masyarakat lokal, khususnya tentang beberapa isu yang disinggung Rocky Gerung melalui banyak dialog di media sosial. Orang Papua menghormati Rocky Gerung seperti Hariz Azar sebagai pembela hak kemanusian malawan korporate besar dan penyalagunaan kekuasaan.
Orang Papua bersama Rocky Gerung dalam kasus yang dilaporkan pendukung Jokowi dan Partai PDI terkait kata bajingan tolol dan pengecut yang dianggap menghina simbol Negara. Presiden harus menerima kritik Rocky Gerung sebagai proses dinamika, dan secara hukum sudah selesai karena Presiden Jokowi sendiri sudah menyatakan,” Ini masalah kecil, saya fokus kerja.” Soal etika tidak menjadi masalah dan bukan soal hukum karena Rocky Gerung siap menerima hujatan dan sudah banyak Ia tangkis dari berbagai kalangan pendukung Jokowi.
(Nomen Douw)