CERPEN – Elisa dan Nabila berpisah di Bandar Udara Sentani setelah bersama 2 tahun di Jayapura. Janji sebelum berpisah di ruang tunggu keberangkatan. Mereka harus bertemu lagi untuk selamanya. Satu tahun tidak bertemu setelah Nabila tamat kuliah di Universitas Cenderawasih dan pulang ke kampung. Kepulauan Yapen.
Tahun Covid-19 dan masa pemulian Corona membuat rindu mendidih dalam hati Elisa di Jayapura. Satu tahun Elisa menyelesaikan kuliah dengan cara pertemuan zoom. Terisolasi selamah satu tahun lebih.
Elisa mencintai Nabila. Hampir setiap hari Elisa selalu beri kabar untuk Nabila selama satu tahun berpisah. Nabila di kota Serui, Elisa di Jayapura. Nabila jarang berkabar dengan alasan kerja bantu kedua orangnya yang sudah usia senja. Pesan chat dari Elisa kadang lambat direspon. Elisa pria yang sabar. Memahami Nabila. Mereka dua saling memahami.
Elisa akan berangkat ke Kepulauan Yapen. Kota Serui. Kampung halaman Nabila; Nabila perempuan asli Kota Serui. Elisa asal Nabire. Tinggal lama dari usia 7 tahun di Jayapura setelah orang tuanya berpindah tugas sebagai guru perintis era tahun 1990-an.
Elisa sudah wisuda di kampus Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) Jelang satu minggu, tiket sudah ditangan Elisa. Sesuai janji di Bandar Udara Sentani sembari melepas genggaman tangan. Sudah lama Elisa menunggu dalam suasan rindu yang berat. Sabar karena kuliah. Satu tahun tidak bertemu sama dengan 5 tahun tidak bersama. Terlalu lama bagi Elisa.
Elisa suka mendengar lagu berjudul ”Firum Yambaisiraunggha” oleh Sony Wanda. Lagu Vokal daerah Papua yang disukai juga Nabila waktu di Jayapura. Lagu itu membongkar-bongkar jiwa Elisa yang merinduhkan Nabila. Di ruang sunyi dengan lagu; Elisa selalu terpukul dengan rasa yang sulit dikendalikan dalam dada.
“Sayang sa sudah beli tiket ini,” Chat Elisa kepada Nabila.
“Oke sayang datang saja,” Balas Nabila santai.
“Tiba besok siang. Sayang bisa jemput ka?” Harap Elisa dijemput Nabila di bandar udara.
“Jauh dari kota Serui sayang, nanti kalau sudah tiba di alun-alun kota baru info,” Balas Nabila tidak jemput Elisa.
“Oke sayang, nanti sa info,” Tutup Elisa. Tidak masalah Nabila tidak menjemput. Elisa hanya bersyukur Nabila masih ingin bersama Dia. Menunggu selamah 1 tahun dan bersedia bertemu.
Trigana Air lepas landas dari Sentani. Elisa pergi kepada wanita asli kota Serui yang Elisa cinta; memilik wajah bulat, kulit coklat terang, rambut hitam ombak rata-rata bahu, body sedikit gemuk. Nabila cantik original. Hanya sebentar Elisa pergi dari kota Jayapura ke kepulauan Yapen. Tapi hati Elisa tersentuh, sedih meninggalkan kota yang menyimpan banyak kisah unik semenjak bocah.
Cuaca pagi cerah. Pesawat Trigana Air sudah melaju jauh dari Jayapura ke Kepulauan Yapen. Meninggalkan kota tercinta Elisa. Jarak semakin mendekati kepulauan Yapen. Pesawat merayap turung diatas pulau yang dipenuhi pohon-pohon diatas bukit yang tinggi hingga dataran rendah.
“Flight attendant landing station,” kata Pilot setelah satu jam duduk dalam pesawat.
““Flight attendant doors may be opened,” suara perintah pilot kepada awak kabin setelah pesawat memarkir di terminal bandar udara Steven Rumbewas Serui. Elisa bahagia tiba dengan selamat. Sesuai doanya sebelum terbang. Elisa bergegas turun. Tidak sabar memeluk Nabila di alun-alun kota Serui dan pergi ke rumah Nabila. Melamar.
Elisa turun dari pesawat. Langsung keluar dari gedung bandar udara. Sampai di pintu keluar. Elisa menunggu mobil rental. Dibalik mobil yang banyak memarkir, ada seorang wanita tersenyum memanggil Elisa. Melambai-lambai tangan. Di mata Elisa, Ia melihat Nabila. Elisa berjalan setengah lari. Langsung Elisa memeluk Nabila. Peluk sedikit lama. Elisa tidak duga Nabila bisa datang menjemput di bandar udara. Padahal janjinya beremu di alun-alun kota Serui.
“Sayang bilang tidak mau jemput baru?” Kata Elisa setelah memeluk Nabila.
“Sa berubah pikiran sayang. Masa sayang datang untuk sa baru sa tidak jemput itu terlalu sekali,” Balas Nabila.
“Ikhh… sayang lain sekali, sudah ada tai lalat di bibir lagi,” Kata Elisa sambil meraba dagu dan pipi Nabila yang sudah sedikit berbedah. Nabila ada perubahan dalam kurung waktu 1 tahun.
“Sayang naik sudah kita ke rumah, bapa deng mama sudah tunggu. Sa sudah bilang tadi, sa jemput ko,” Ucap ajak Nabila sampin motor metik hitam.
“Mari sayang, sa yang bawah motor?” Minta Elisa.
“Ko tidak tau jalan. Naik sudah!?” Ajak Nabila. Elisa tidak membalas kata.
Elisa naik diatas motor setelah menelan kata. Diam. Elisa tidak terima perempuan harus membonceng laki-laki. Dari wajah, tutur kata dan sikap, Elisa melihat Nabila banyak berubah setelah melihat kampung halaman. Kota Serui. Melewati jalan yang membela hutan tinggalkan bandar udara. Menuju kota Serui Kepulauan Yapen. Nabila banyak diam sepanjang jalan. Membalas kata ketika Elisa memaksa Nabila untuk bicara. Tidak biasanya di Jayapura, Nabila suka banyak bicara dan Elisa suka diam. Tapi Nabila berubah dalam 1 tahun di kota Serui.
Lepas dari jalan Famboaman lewati sungai. Jalan Trans Yapen. Sampai di jalan Tatui. Hujan rintik-rintik turun, mendung. Elisa khawatir mereka akan basah, tapi Nabila hanya diam. Sampai depan Puskesmas Kosiwo. Kampung Tatui. Nabila membelok arah tinggalkan jalan Tatui. Naik menuju arah pengunungan Kepulauan Yapen. Jalan menuju rimba Kakubi Ambaidiru. Nabila tidak menguranggi kecepatan setelah membelok dari jalan Tatui. Mereka sudah diatas bukit. Masih hujan rintik-rintik berawan.
“Sayang ko su dimana ini? Sa sudah di alun-alun kota Serui ini?” Pesan masuk dari Nabila menunggu.
“Bah!!.. stop main Nabila. Baru yang bawa motor depan sa ini siapa?” Balas Elisa kaget. Tapi pesan tidak terkirim karena tidak ada jaringan. Mereka sudah memanjat bukit yang lebih tinggi. Berkabut tebal. Jalan licin berlumut.
“Nabila, jalan Ini ke alun-alun kota Serui ka tidak?” Tanya Elisa sudah takut. Nabila hanya diam, tidak balas.
“Ko Nabila ka? Siapa ko sebenarnya?” Tanya Elisa ulang-ulang dengan takut. Nabila tidak bersuara. Gerak tubuh pun tidak.
Posisi duduk Elisa diatas motor sudah berubah jarak. Elisa gelisah lapis ketakutan. Tidak ada satu kata pun dari Nabila. Nabila hanya sibuk bawah motor. Motor melaju diantara bukit yang tinggi. Pohon-pohon yang alami terlihat menakutkan diantara kabut yang tebal. Pikiran Elisa sudah kacau. Ia hanya bisa berdoa beberapa kali menyebut nama Tuhan dalam hati. Dari dalam kabut dan hutan lebat, banyak suara berdatangan. Terdengar dekat telingga Elisa. Suara perempuan dewasa dan laki-laki dewasa. Hanya satu kalimat mereka berkata berulang kali.
“Kembalikan dia. Kami sudah damai dengan mereka karena perintah Tuhan. Ko harus tunduk pada pencipta segalanya,” suara dari dalam awan dan bukit. Ulang-ulang sepanjang beberapa meter perjalanan.
Kaki bukit. Di belokan yang tajam. Nabila menghentikan motor dengan tiba-tiba. Nabila perintahkan Elisa turun dari motor dengan cepat. Elisa turung dengan cepat tanpa berkata. Nabila dengan motor metik, menghilang diantara kabut yang tebal tanpa kata. Memanjat bukit. Elisa kehilangan arah pulang. Dia orang baru di Kepulauan Yapen. Elisa terpaku. Bigung. Kendaraan belum satu pun lewat. Aktivitas manusia di bukit hutan pun tidak ada. Elisa bigung harus lakukan apa. Dia hanya berteriak menyebut nama Tuhan. Hanya itu yang bisa dilakukan Elisa. Tapi tidak ada manusia yang menghampiri.
Elisa duduk di tengah jalan menunggu siapa pun yang akan lewat. Hari sudah sore jam 17:20. Dua jam berlalu tanpa ada akvitas manusia. Hanya suara makluk hidup di bukit hutan yang melewati. Bunyi kendaraan diatas bukit terdengar. Elisa berdiri dengan cepat dari duduk di tengah jalan. Mencari arah bunyi kendaraan yang mendekat.
Kepala mobil hitam muncul dari antara kabut yang tertutup. Mobil Pickup yang melayani angkutan umum. Mobil berhenti depan Elisa. Tidak bertanya, Elisa langsung naik dalam mobil. Ada dua penumpan dalam mobil. Anak laki-laki dan mamanya. Elisa penumpan ketiga yang baru naik dengan cara panik.
“Mama, ini tujuan ke alun-alun kota Serui ka?” Tanya Elisa setelah tenangkan hati yang gelisah dan ketakutan. Elisa lap keringgat dingin dari wajah.
“Benar anak,” Jawab mama dengan santai. Mama senyum sedikit melihat kepanikan Elisa.
“Anak darimana?” Tanya santai Mama melihat Elisa tidak tenang. Elisa bercerita tujuan datang ke Kepulauan Yapen dan kejadian aneh yang baru saja terjadi.
“Anak, selamat datang di Kapulauan Yapen,” Balas enteng mama dengan senyum. Elisa merasa aneh dan hanya membalas, ”Makasih Mama”
Penumpang hanya mereka tiga. Satu anak laki-laki kecil dan mama. Sopir; kakek tua kurus asal Buton yang masih kuat. Mama dan anak turun di Kampung Maridei. Elisa lanjut ke alun-alun kota Serui. Lewat depan Stadium Marora Serui. Hari sudah sore gelap jam 18:00. Elisa turun depan wajah GKI Imanuel Serui Kota. Elisa mencari Nabila sekeliling lingkaran alun-alun. Dalam hati Elisa tidak sabar. Dia akan memeluk Nabila, tapi sebelumnya Elisa akan memastikan Nabila Ia kenal di Jayapura. Satu tahun yang lalu. Bukan Nabila yang menjemput di bandar udara.
“Nabila ko dimana. Sa hp mati ini. Kenapa tidak duduk tunggu sa ka?” Kata dalam hati Elisa. Berkata pada diri sendiri. Berulang.
Elisa bertemu mobil bertulisan ”Perpustakaan Keliling” Sedang memarkir di alun-alun kota Serui dibawah pohon. Beberapa orang dan anak-anak sedang sibuk baca dan mewarnai. Elisa memilih buku. Dia duduk dikursi yang disiapkan.
Hari sudah gelap. Jam 18:50. Elisa bingung akan kemana untuk bermalam dimana. Sudah capeh dan tidak memiliki uang yang cukup untuk cari penginapan istrahat. Elisa memutuskan untuk bertahan hingga pagi di alun-alun. Setiap saat Elisa berpikir Nabila dimana? Ia harus bertemu? Gelisa dalam hati mengepung kembali di alun-alun kota Serui. Seperti rindu memeluk Nabila dari Jayapura hingga di Serui. Rindu belum usai. Dimana Nabila?
Elisa sedang asik membaca. Dibalik Elisa, ada yang menyentuh bahunya dengan kasar. Elisa kaget langsung berdiri melihat kebelakan. Ternyata Nabila. Elisa kaget. Dia langsung memeluk tanpa memastikan. Rinduhnya keluar dengan emosi. Sekilas saja Elisa tau dari cara bicara dan tingkah. Ini Nabila yang sebenarnya. Bahasa tubu dan senyum sama. Tidak ada tai lalat di bibir. Ini Nabila yang Elisa ketemu di Jayapura. Pelukan begitu lama. Nabila dan Elisa bertemu kembali setelah berpisah 1 tahun lamanya. Rindu terbayar dengan perjalanan yang gila. Gelisa. Ketakutan.
Elisa melewati dengan nekat di sertai Doa, hanya untuk bertemu wanita yang Elisa cinta. Nabila. Bukan Nabila yang menjemput di bandar udara Steven Rumbewas. Tapi Nabila yang menunggu hingga malam di alun-alun kota Serui. Nabila juga cinta Elisa, tapi tidak banyak berkata. Nabila hanya menunggu Elisa datang ke Serui bicara dengan orang tua. Setelah itu, Nabila berikan nyawa kepada Elisa. Nabila menghargai perjuangan Elisa sampai di kota Serui. Nabila memeluk Elisa dengan air mata dan berkata.
“Bawa pergi sa kemana pun sa ikut Elisa,” kata Nabila dalam pelukan Elisa.
Oleh : Nomen Douw
(Jayapura, 13 November 2023)