Sejarah Sepak Bola Papua
OPINI – Perkembangan sepak bola di Papua dimulai pada era kolonial Belanda pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Pada saat itu, Belanda memperkenalkan sepak bola ke wilayah Papua sebagai bagian dari kegiatan pendidikan dan hiburan.
Pada tahun 1928, di Pulau Biak, dibentuk klub sepak bola pertama di Papua yang diberi nama Biaksche Voetbal Bond. Klub ini kemudian menjadi cikal bakal perkembangan sepak bola di wilayah Papua. Selanjutnya, klub-klub sepak bola lainnya juga didirikan di berbagai daerah di Papua, Jayapura dan Manokwari.
Perkembangan sepak bola di Papua terus bergerak seiring dengan pembentukan federasi sepak bola lokal. Pada tahun 1932, Persatuan Sepak Bola Ternate-Moluccas (PST) dibentuk, dan Papua menjadi bagian dari wilayah hukum PST. Namun, pada tahun 1951, PST dibubarkan dan kemudian menjadi bagian dari Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI).
Pada era kemerdekaan Indonesia, sepak bola di Papua semakin terlihat di berbagai daerah. Klub-klub seperti Persipura Jayapura, Perseru Serui dan Persiwa Wamena berhasil meraih prestasi di kompetisi sepak bola Indonesia. Persipura Jayapura menjadi salah satu klub terkuat di Indonesia, berhasil meraih beberapa gelar juara dan berpartisipasi dalam kompetisi tingkat Asia.
Namun, Persipura kini tidak seperti persipura di tahun 2005,2008 dan 2009. Persipura sudah degradasi dari posisi liga 1 nasional pada tahun 2021. Beberapa kelompok orang Papua menduga, ada game politik negara setelah tim Persipura mengunjungi Filep Karma (aktivis kemerdekaan papua) di penjara pada 17 Mei 2015, dan beredar photo Victor Yeimo (tokoh pejuan West Papua) dan Boaz Salossa (bintang sepak bola nasional) di media sosial. Perseru pernah menjadi kandidat di liga 1 Nasional pada tahun 2019, tetapi undur diri karena masalah finansial dan menjual ke Lampung.
Selain itu, pengembangan sepak bola di Papua juga perna memiliki semangat yang didorong oleh Pemerintah Provinsi Papua melalui berbagai program pembinaan dan pengembangan olahraga, termasuk sepak bola. Program-program tersebut meliputi pembentukan tim sepak bola usia muda, pelatihan untuk pelatih dan pemain, dan penyelenggaraan turnamen sepak bola di tingkat daerah.
Dalam beberapa tahun yang berlalu, Papua pernah menjadi tuan rumah beberapa turnamen sepak bola internasional dan nasional, seperti Piala Ramadhan dan AFF U-19 Championship, dan Tuan Rumah PON XXI/2024. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dan masyarakat Papua untuk terus mengembangkan sepak bola di Tanah Papua.
Suporter Sepak Bola Papua
Sporter sepak bola adalah sekelompok pendukung yang sangat fanatik dan loyal terhadap tim sepak bola yang mereka dukung. Mereka aktif di tribun stadion untuk memberikan dukungan dan semangat kepada tim kesayangan mereka. Sejarah perkembangan sporter sepak bola di Indonesia dimulai sejak tahun 1990-an. Papua setelah Tim Persipura memuncak di liga 1 Nasional dan menjuarai, muncul dengan yel-yel ”Mutiara Hitam” pada tahun 2004 sebagai kata persatuan sporter Persipura di seluruh Tanah Papua.
Pada awalnya, suporter sepak bola di Indonesia hanya terdiri dari sekelompok kecil pendukung yang aktif di stadion. Seperti suporter sebelum ”Mutiara Hitam” di lahir di Papua, dan suporter pada kompetisi daerah. Sporter biasanya duduk bersama di satu tempat dan menyanyikan yel-yel untuk mendukung tim sepak bola. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah suporter sepak bola di Indonesia semakin bertambah, tapi di Papua baru terlihat “Mutiara Hitam” dalam jumlah banyak. Suporter biasanya mereka membentuk kelompok-kelompok yang lebih besar dan terorganisir dengan nama-nama yang khas, seperti Brigata Curva Sud, The Jakmania, Mutiara Hitam dan lain-lain.
Perkembangan suporter sepak bola di Indonesia tidak lepas dari pengaruh budaya sepak bola dari luar negeri. Begitu pun di Papua. Banyak suporter sepak bola di Indonesia yang terinspirasi oleh ultras di Eropa, khususnya Italia dan Inggris. Mereka mengadopsi tindakan-tindakan seperti membuat bendera besar, menyanyikan yel-yel, dan menggunakan alat musik untuk menciptakan atmosfer yang seru di tribun stadion. Di Papua ada gitar, tifa dan drum sering kita jumpai dan dengar di stadium Mandala Jayapura pada waktu Persipura Mania berlaga.
Ada juga perkembangan negatif dalam sejarah suporter sepak bola di Indonesia. Beberapa kelompok suporter sering terlibat dalam kerusuhan dan kekerasan di stadion. Hal ini merupakan dampak dari rivalitas yang berlebihan antara kelompok suporter. Hal ini menjadi perhatian bagi pihak keamanan negara dan peraturan sepak bola di Indonesia, dan harus ada berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Papua sering terjadi keributan tapi masih berlevel kecil, tidak seperti di luar Papua di stadium Kanjuruhan Malang sampai memakan 127 korban jiwa.
Meskipun demikian, suporter sepak bola tetap memiliki peran penting dalam pengembangan sepak bola. Mereka menjadi penggerak utama untuk menciptakan atmosfer yang seru di stadion atau lapangan dan memberikan semangat kepada pemain. Selain itu, suporter sepak bola juga memiliki peran dalam menggalang dukungan finansial untuk tim mereka melalui penjualan merchandise dan sumbangan sukarela pribadi maupun kelompok.
Dalam dekade terakhir, suporter sepak bola semakin berkembang. Mereka juga semakin aktif dalam mendukung tim sepak bola di berbagai kompetisi baik di dalam negeri maupun di luar. Papua masih menciptakan pemain dengan bakat alam. Perkembangan teknologi dan media sosial juga memberikan dampak positif dengan suporter sepak bola dapat berkomunikasi dan berkoordinasi.
Kesimpulan
Perkembangan sepak bola di Papua tidak hanya berdampak pada olahraga, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi di wilayah tersebut. Sepak bola menjadi salah satu alat untuk mempersatukan masyarakat Papua, sekaligus menjadi sumber mata pencaharian bagi banyak pemain, pelatih, dan pendukung sepak bola.
Dengan berbagai upaya pembinaan dan pengembangan yang dilakukan, perkembangan sepak bola di Papua terus meningkat dan menunjukkan potensi besar untuk menghasilkan pemain-pemain berkualitas yang dapat bersaing di tingkat nasional maupun internasional seperti Boaz Salossa, Ricky Kayame, Ruben Sanadi, Patric Wanggai, Titus Bonay, Yanto Basna, Ricky Cawor dan lain-lain.
Sejarah perkembangan suporter dan sepak bola di Indonesia dan sepak bola Papua telah mengalami perubahan yang signifikan. Dari kelompok kecil yang aktif di stadion dan lapangan bisa menjadi kelompok pemersatu dan mencetak pemain profesional di tingkat Nasional dan Internasional. Meskipun ada beberapa masalah yang perlu diatasi, dunia sepak bola tetap memiliki peran penting dalam kemajuan manusia dan tidak hanya menjadi hiburan.
(Nomen Douw)