Intan Jaya, majalahkribo.com — Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Rudi Puruwito, akhirnya angkat bicara soal tewasnya tiga warga di Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua Tengah, pada 18 Juni 2025. Pangdam menyatakan bahwa ketiga korban merupakan bagian atau simpatisan dari Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat–Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
Menurut Mayjen Rudi, operasi militer yang dilakukan oleh Satgas Operasi Habema telah melalui proses intelijen yang ketat dan berdasarkan data akurat. Ia menegaskan bahwa operasi tersebut dilaksanakan secara terukur dan bukan bertujuan menindas masyarakat sipil, melainkan untuk menegakkan kedaulatan negara dan menjaga keutuhan NKRI.
“Bahkan jika dinilai itu bukan OPM, paling tidak simpatisan. Karena operasi ini tidak dilakukan sembarangan, selalu diawali dengan penyelidikan intelijen,” jelas Pangdam dalam konferensi pers di Jayapura (23/6/2025) seperti dikutip dari Seputarpapua.com
Sebelumya, Pastor Dekan Dekenat Moni Puncak Jaya (Mopunja) Keuskupan Timika, Pastor Yanuarius Yance Wadogouby Yogi, Pr, menyatakan bahwa ketiga korban — Alfons Kobogau (20), Isak Kobogau (43), dan Yohanes Tipagau (40) — adalah warga sipil murni dan umat Katolik dari Stasi Galunggama. Pastor Yance bahkan telah turun langsung bersama tim pastoral dan tim konflik Pemkab Intan Jaya untuk memverifikasi kondisi di lapangan.
“Mereka benar-benar umat kami. Kami punya bukti, mereka adalah masyarakat sipil. Kami melihat langsung. Jangan lagi rakyat sipil dijadikan korban dalam konflik ini,” tegasnya dalam video pernyataan yang dirilis Minggu (22/6/2025).
Pihak gereja dan masyarakat lokal mendesak semua pihak untuk menghentikan kekerasan dan menjaga perdamaian di Intan Jaya, agar roda pemerintahan dan kehidupan masyarakat bisa kembali normal. Pastor Yance juga mengkritisi beredarnya informasi hoaks yang semakin memperkeruh situasi dan menyerukan upaya damai dari semua pihak.
Editor: Ronaldo Josef Letsoin