FAKFAK – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, pada Oktober 2024 silam dengan penuh kebanggaan meluncurkan sebuah website informasi pariwisata bertajuk Pesona Fakfak melalui domain www.pesonafakfak.com. Peluncuran itu dilakukan secara meriah bertepatan dengan pembukaan Festival Pesona Kota Pala 2024 di Gedung KONI Fakfak, Kamis malam (17/10/2024).
Tujuan website ini sangat mulia yakni; memajukan pariwisata Fakfak lewat promosi objek wisata, budaya, kuliner, UMKM, serta menjadi penghubung antara wisatawan dan penyedia layanan lokal. Wajah Kota Fakfak dari udara, informasi Goa Jepang Kokas, Kepulauan Ugar, Pulau Bone hingga Teluk Toran dan semua tempat terpampang manis di laman tersebut.
“Kami berharap website ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dan wisatawan. Semoga kedepannya membawa manfaat luas bagi pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Fakfak,” ujar Sekretaris Disparbud Fakfak, Muhammad Ilham Nurdin saat peluncuran.
Bahkan, peluncuran website ini turut dibarengi dengan peresmian brand pariwisata daerah “Fakfak, Beragam Kesan” sebuah langkah branding yang patut diapresiasi karena menunjukkan keseriusan menghadirkan wajah baru pariwisata Fakfak.
situs pesonafakfak.com yang kini sudah tidak bisa diakses
Namun, setahun berselang, realitas berbicara lain. Pada Rabu malam, 25 Juni 2025, ketika saya mencoba mengakses laman tersebut, www.pesonafakfak.com sudah tidak bisa lagi dibuka. Domain tidak aktif. Situs menghilang. Dan publik pun bertanya-tanya; Apakah website ini hanya proyek sementara demi seremonial peluncuran? Atau sekadar cara halus menghabiskan anggaran?
Ini bukan sekadar error teknis. Berdasarkan pencarian via mesin pencari, domain tersebut telah nonaktif tanda bahwa tidak ada tindak lanjut atau perpanjangan dari pengelola. Sungguh ironis, mengingat ini adalah platform yang digadang-gadang sebagai gerbang digital wisata Fakfak.
Sebuah Catatan Kritis dan Apresiatif
Saya tak ingin menafikan niat baik Pemda Fakfak dalam membangun sektor pariwisata. Langkah awal dengan meluncurkan situs dan branding daerah patut diapresiasi. Ini menunjukkan ada kesadaran pentingnya digitalisasi promosi wisata.
Namun, keseriusan diuji bukan saat launching, tapi pada keberlanjutan dan pemeliharaan.
Tanpa evaluasi, tanpa pengelolaan konten, tanpa pemantauan domain inisiatif seperti ini akan jatuh jadi proyek sia-sia. Promosi wisata tak bisa hanya indah di spanduk dan peresmian. Harus hadir nyata di tangan wisatawan, bisa diklik, bisa dijelajahi, dan konsisten diperbarui.
Jika website Pesona Fakfak saja sudah ‘gugur’ sebelum usia satu tahun, bagaimana nasib pariwisata digital Fakfak ke depan?
Pemerintah daerah wajib memberi penjelasan. Masyarakat berhak tahu: berapa anggaran yang dipakai? siapa pengelola situs? mengapa tidak diperpanjang? dan apa rencana selanjutnya? Karena promosi pariwisata bukan tentang acara launching. Tapi tentang komitmen jangka panjang.
Penulis: Ronaldo Letsoin (Jurnalis, warga Fakfak yang peduli tentang perkembangan Fakfak)