Maybrat, majalahkribo.com – Setelah berkeliling mengunjungi Stasi Santo Yohanes Rasul Konja dan Stasi Santo Markus Maan, Salib Indonesia Youth Day (IYD) kembali melanjutkan perjalanannya ke Stasi Santo Paulus Kumurkek. Kehadiran Salib IYD di stasi ini diantar oleh Panitia Penyambutan Salib IYD Paroki Santo Yoseph Ayawasi bersama umat pada Selasa, 9 Desember 2025.
Rombongan pembawa Salib tiba sekitar pukul 09.00 WIT di jalan utama Stasi Santo Paulus Kumurkek. Prosesi penerimaan berlangsung khidmat dan meriah. Pastor Rekan Stasi Santo Paulus Kumurkek, RD Fransiskus Katino, Pr, bersama ratusan umat menjemput Salib dengan busana adat dan tarian tradisional yang menggambarkan penghormatan mendalam umat terhadap simbol iman tersebut. Iring-iringan kemudian bergerak menuju gereja untuk merayakan Ekaristi bersama sebagai pusat perjumpaan iman hari itu.
Dalam homilinya, Pastor Katino menyampaikan refleksi panjang mengenai makna kehadiran Salib IYD bagi orang muda dan seluruh umat. Ia menekankan bahwa perjalanan Salib dari satu stasi ke stasi lainnya bukan sekadar tradisi perarakan, tetapi sebuah peristiwa rohani yang harus dihayati dengan sungguh-sungguh.
“Sejak tanggal 1 Desember, kita menyambut Salib Indonesia Youth Day ini secara kolosal. Tetapi lebih dari sekadar perayaan besar, kita sedang menyatakan kesaksian iman. Salib ini tidak diarak untuk menunjukkan kekuatan massa, tetapi untuk mengingatkan bahwa hidup kita – terlebih orang muda – tidak dapat dipisahkan dari salib,” ungkap Pastor Katino.
Ia melanjutkan bahwa tantangan terbesar orang muda masa kini adalah ketika mereka mulai menjauh dari salib, mulai tidak mengindahkan nilai-nilai pengorbanan dan kasih Kristus.
“Ketika orang muda mulai meninggalkan salib, maka saat itulah hidup mudah kehilangan arah. Dampaknya bukan hanya bagi Gereja, tetapi juga budaya, adat, dan kehidupan sosial masyarakat. Sebab kekuatan sejati kita bersumber dari Salib Kristus—salib yang justru mengalirkan cinta, kekuatan, dan harapan bagi setiap orang,” tegasnya.
Pastor Katino mengajak umat dan terutama Orang Muda Katolik (OMK) untuk menjadikan kehadiran Salib IYD sebagai momen pembaruan iman. “Biarlah Salib ini berjalan bukan hanya di jalan-jalan kampung kita, tetapi masuk ke hati kita, memperkuat komitmen kita sebagai pengikut Kristus,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua Panitia IYD Paroki Santo Yoseph Ayawasi, Titus Korain, juga menyampaikan apresiasi sekaligus pesan motivatif yang lebih mendalam kepada orang muda dan umat.
“Setiap stasi memberi penyambutan yang luar biasa. Kami panitia sangat terharu melihat antusiasme umat—baik di Konja, Maan, maupun hari ini di Kumurkek. Ini menunjukkan bahwa semangat kebersamaan dan kerinduan umat akan Salib Kristus sangat besar,” ucapnya.
Titus kemudian menekankan bahwa kedatangan Salib IYD adalah kesempatan langka yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh kaum muda.
“Ini ajang kita, momen kita sebagai orang muda Katolik. Jangan biarkan salib hanya lewat begitu saja. Gunakan dua hari ini untuk berdoa, berdevosi, membawa intensi-intensi pribadi di hadapan Tuhan. Biarkan salib ini berbicara kepada kita,” pesannya.
Ia juga menyinggung rentang waktu panjang persiapan menuju puncak Indonesia Youth Day 2027. Menurutnya, kerja panitia dan umat tidak hanya berhenti pada perarakan ini.
“Kami akan terus bekerja hingga Pra-IYD 2026 dan puncaknya tahun 2027. Kami mohon dukungan seluruh umat dan OMK di setiap stasi, karena keberhasilan IYD bukan hanya kerja panitia, tetapi kerja seluruh Gereja. Ketika Salib meninggalkan Stasi Kumurkek nanti, saya berharap ada jejak iman yang tertinggal dalam hati kaum muda. Jangan sampai salib masuk kosong dan keluar kosong, tetapi biarlah ia membawa perubahan,” tambah Titus.
Setelah Perayaan Ekaristi, kegiatan dilanjutkan dengan rekoleksi bersama yang diikuti OMK serta siswa-siswi SMP Negeri 1 Aifat. Kegiatan tersebut menjadi ruang pendalaman iman bagi kaum muda untuk semakin memahami makna perjalanan Salib IYD dan keterlibatan mereka dalam persiapan menuju Indonesia Youth Day 2027.
Kedatangan Salib IYD di Kumurkek tidak hanya menjadi peristiwa seremonial, tetapi juga pengalaman iman yang meninggalkan kesan mendalam bagi umat dan kaum muda di Paroki Santo Yoseph Ayawasi.
Pewarta: Charles Fatie