Fakfak, majalahkribo.com – Dihubungi secara terpisah terkait respon gereja, pegiat muda gereja katolik Mario Fransisco Talubun menyatakan sejak awal gereja katolik sangat menaruh perhatian pada krisis masyarakat di Us yang baru viral akhir-akhir ini. Romo Rico, Pastor Paroki Santo Paulus telah mengunjungi kampung Us, tanpa lelah membangun komunikasi dengan kelompok yang ada dalam hutan maupun yang saat itu masih berada dalam kampung.
Hal itu sudah terlihat dalam beberapa kesempatan yang dilakukan sejak awal bulan ini kata Mario Fransisco Talubun. Ia melanjutkan, Jadi sepenuhnya keliru apabila ada kesan bahwa gereja katolik tidak memeberikan perhatian dan bertindak.
“kemarin tanggal 22 malam kami bersama Bapa Uskup dan jajaran hierarki yang ada di kabupaten Fakfak telah duduk bersama untuk melihat masalah ini. Ada Romo Alex ketua TPW, Romo Rico pastor paroki Santo Paulus, Romk Yosep Lamak, Pastor Pra Paroki Santo Gerardus Mayella.
Hadir pula tokoh masyarakat, adat dan gereja bapak Fredy Warpopor, dan saya sendiri mewakili entitas muda gereja katolik. kami bertemu untuk melaporkan perkembangan situasi di Kampung Us, mengevaluasi langkah-langkah yang telah kami upayakan kemarin, serta berdiskusi mengenai langkah apa yang harus kami lakukan kedepan.
Jadi sekali lagi keliru kalau ada ada kesan gereja acuh terhadap permasalahan ini. Umat kami paling banyak jadi korban”, kata Mario dengan nada yang cukup tegas (Jumat, 25 Maret 2022).
Mario yang juga adalah Pengurus Pemuda Katolik (PK), Dia melanjutkan, Uskup Manokwari – Sorong dalam kesempatan itu menyampaikan keprihatinan, kesedihan dan sangat menyayangkan adanya terror dan perpecahan yang membuat warga sampai mengosongkan kampong Us.
“Beliau berterima kasih kepada tokoh gereja, adat, masyarakat, pemerintah, pihak keamanan dan siapa saja yang sejak awal telah mengupayakan penyelesaian masalah ini
Mengenai terminology ‘sesat’ yang ramai dibicarakan di medsos saat ini bapa uskup memberi arahan yang bagi saya sangat bijaksana. Beliau menghimbau untuk sangat berhati-hati sebab dalam gereja katolik terminology ‘sesat’ mempunyai implikasi dan konsekuensi yang tidak sepele. Lagipula menurut beliau proses ini masih berjalan, actor intelektualnya pun belum diamankan dan tentu belum bisa dimintai keterangan serta pertanggung jawaban. Disisi lain bapa uskup terus mendorong adanya dialog yang bermartabat sebagai pisau untuk membedah permasalahan ini”, lanjut Mario.
Dilanjutkan juga oleh Mario, Dalam pertemuan itu ada beberapa kesimpulan yang kami ambil sebagai sikap gereja katolik dengan bunyi sebagai berikut:
1. gereja katolik sejak awal terus memantau dan siap bekerja sama untuk penyelesaian masalah ini.
2. pertama-tama mendorong upaya dialog yang bermartabat sehingga tidak menciptakan jurang yang semakin menjauhkan kita dari kebersamaan.
3. berterima kasih kepada semua pihak yang telah sejak awal hingga saat ini masih terus membantu serta mengupayakan pendekatan-pendekatan yang lebih humanis.
4. mendorong masyarakat pada umumnya dan umat gereja katolik khususnya untuk segera menggalang bakti social untuk membantu saudara-saudara di kampong Us yang terdampak.
5. mempercayakan sepenuhnya kepada pemerintah dan pihak keamaan untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu karena situasi sudah cukup meresahkan.
Menurut Mario lagi, krisis di kampong Us ini harus segera diselesaikan.
“Masalah ini menyerang sendi-sendi kebersamaan kita di Fakfak, 1 tungku 3 batu yang inklusif. Bukan Cuma agama, masalah ini juga melibatkan nilai-nilai adat serta sarat isu politik/pemerintahan/keamanan. Ini salah satu contoh krisis multidemensi, jadi ayo kita sama-sama bergandengan tangan menyelesaikan sembari belajar dari masalah ini. Ini alarm hati nurani untuk kita semua, bukan untuk saya punya romo Rico dari paroki St. Paulus saja yang pulang balik masuk hutan urus masalah ini saja. Percayalah ini akan selesai dengan baik dan kita semua secara bersama-sama akan kembali menjadi lebih kuat dari sebelumnya”. Tutup Mario.