REVIEW FILM – Film “The Women King” adalah film yang diangkat dari cerita perbudakan di Afrika yang dibintangi Viola Davis, berkisah tentang prajurit wanita yang berperang untuk melindungi Kerajaan Dohomey di Afrika Barat pada abab 17. Film ini disutradarai oleh perempuan bernama Gina Primce-Bythewood yang juga membuat beberapa film menarik lainya seperti The Old Guard dan Before I Fall.

Dalam film The Women King jenderal perempuan bernama Nanisca diceritakan melatih generasi berikutnya untuk melindungi kerajaan mereka dari kerajaan Oyo yang bekerjasama dengan Eropa. Segala ancaman berusaha dilenyapkan Nanisca dan pasukannya, termasuk melawan Nawi yang kokoh dan penuh ambisi. Perbudakan wanita dan menghancurkan tradisi menjadi hal-hal yang dilawan Nanisca bersama para prajuritnya di tanah mereka.

Pemeran The Women King didominasi wanita. Film produksi Sony Pictures ini mengangkat isu-isu sensitif seperti perbudakan, penindasan, hingga kekerasan seksual. Kerajaan Dahomey di Afrika sebagai pusat cerita dalam film ternyata benar-benar ada di dunia nyata. Namun nama Kerajaan Dahomey kini berganti Benin, tepatnya berlokasi di Afrika Selatan.

Secara keseluruhan The Woman King bukan hanya sekadar soal peperangan, kekuatan, dan perempuan. Namun, film ini menggali lebih dalam ke ketukan dramatis yang sudah dikenal bersandar pada tema umum soal cinta, persaudaraan dan komunitas, serta moralisme yang jelas. Lebih umumnya perlawanan perempuan pada penjajahan, bukan saja pada perempuan tapi umum, untuk tanah air mereka.

Sutradara perempuan memikirkan film The Women King dengan matang. Sebagian film The Women King menampilkan pemeran utama perempuan dengan semangat feminisme yang tinggi dengan trik yang menarik. Tampilan pertama yang muncul dalam film bukan pasukan Agojie tapi laki-laki yang kuat dan kekar sedang berkeliling sekitar api unggun, dibantai pasukan perempuan Agojie yang dipimpin Nanisca sebagai kepala perang yang hebat.

Melihat cerita The Women King yang di tulis oleh Dana Stevens, berdasarkan cerita nyata yang dia tulis bersama Maria Bell. Kesadaran perempuan untuk melawan setelah melihat diskriminasi, penjajahan dan perbudakan sudah lama muncul kesadaran untuk lawan. Semangat perlawanan untuk bertahan hidup setiap manusia adalah menyerahkan nyawa untuk tanah air.

Film The Women King mengajarkan pengalaman yang berbeda. Perempuan juga mampu dalam perlawanan untuk kebebasan hidup bersama/banyak orang. Dalam film The Women King perempuan yang ikut bergabung dalam tim perang dilarang untuk memiliki laki-laki tapi ada bagian natural sebagai seorang perempuan yang dimunculkan, misalnya seperti perempuan dapat hamil, cinta dan sedih, ada ciptaan Tuhan yang tidak dihilangkan.

Perbudakan di Afrika dan dunia kini menjadi musuh bersama setelah banyak perang dan kondisi real politik mengubah tatanan manusia di seluruh dunia. Politik semakin seksi dibicarakan dan hukum mulai diakali demi untuk mencapai ekonomi suatu negara kuat lebih stabil, misalnya politik di abad-21 sekarang, banyak perspektif muncul hanya karena Negara yang lebih kuat masih menjajah dalam kadar tertentu.

Keberanian untuk melawan menjadi sesuatu yang harus dilakukan oleh kaum perempuan maupun laki-laki dengan cara apapun, dan tidak harus perang seperti dalam film The Women King, biar kaum terkecil mengetahui akan kalah dengan kekuasaan/sistem yang menguasai tetapi kebersamaan yang dibentuk menjadi kehormatan yang paling tinggi dan bernilai. ”Rasa takut akan kematian berasal dari rasa takut akan kehidupan. Seseorang yang hidup sepenuhnya siap untuk mati kapan saja,” kata seorang novelis Amerika Mark Twain (1835-1910)

Film The Women King berdurasi 2 jam 25 menit, film ditayang 3 Oktober 2022 tahun kemarin. Film ini menarik hingga menarik keuntungan sampai dengan USD 45,5 juta atau setara dengan RP 757 miliar. Juga di situs Rotten Tomatoes mendapatkan pujian positif di ranking 94 persen.

Perempuan dalam film ini memiliki keterampilan dan keganasan yang baru, mengikuti perjalanan epik dan emosional dari Jenderal perang Nanisca alias Viola Davis. Jadi tidak heran film ini mendapatkan penghargaan African American Film Critica Association (AAFCA) tahun ini.

Pokonya film ini terbaik jadi kamu harus nonton. Saya percaya kamu akan dapat satu semangat yang baru. Gass jatuh!!

(Nomen Douw)

Share this Link

Comments are closed.