Fakfak, majalahkribo.com – Sejumlah mahasiswa asal Kabupaten Fakfak, Papua Barat, yang tengah menempuh studi di berbagai kota, menuntut kejelasan penyaluran program Beasiswa Seribu Mahasiswa yang dijanjikan Pemerintah Kabupaten Fakfak. Hingga awal November 2025, bantuan pendidikan itu belum juga cair.
Ketua Paguyuban Keluarga Mahasiswa Fakfak Papua se-Yogyakarta, Aprillia Yewo Florecita Nauw, mengatakan bahwa proses pengumpulan berkas beasiswa telah dilakukan sejak Mei 2025. Namun hingga kini, belum ada kejelasan soal pencairan dana maupun surat keputusan penerima beasiswa.
“Kami sudah berulang kali membangun komunikasi dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Fakfak, tapi tidak pernah mendapat jawaban pasti. Semuanya terkesan berlarut-larut dan tidak jelas,” kata Aprillia dalam pernyataan sikap, Selasa 3 November 2025.

Menurut Aprillia, informasi mengenai program beasiswa tersebut awalnya tidak pernah disosialisasikan secara resmi. Mahasiswa baru mengetahui adanya program setelah salah satu senior mereka, Fadli Temongmere, menanyakan langsung melalui grup komunikasi mahasiswa Fakfak di Yogyakarta.
Setelah itu, Disdikpora membuka pendaftaran dan memberi batas waktu pengumpulan berkas hingga akhir Mei 2025. Dalam pengumuman internal, disebutkan pembagian penerima berdasarkan kategori mahasiswa Orang Asli Papua (OAP), non-OAP, serta mahasiswa tingkat akhir dan kedokteran.
Namun hingga September, tak ada perkembangan berarti. Mahasiswa kembali menghubungi Disdikpora untuk menanyakan kepastian pencairan.
“Jawaban mereka waktu itu hanya ‘masih terus berupaya’. Lalu kami membaca berita yang menyebut SK penerimaan sudah terbit pada 17 September. Tapi pada 1 Oktober, pejabat Disdikpora bilang masih menunggu SK pencairan. Kami merasa dipermainkan,” ujar Aprillia.
Pada 22 Oktober lalu, perwakilan mahasiswa sempat menemui Bupati Fakfak Samaun Dahlan dan Plt Kepala Disdikpora Fakfak Mansur Ali di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Namun pertemuan itu tak membuahkan kepastian jadwal pencairan.
“Banyak teman kami yang terpaksa berutang dan menjual barang pribadi untuk bertahan hidup. Beasiswa ini bukan sekadar bantuan, tapi janji moral pemerintah kepada mahasiswa Fakfak,” kata Aprillia menegaskan.
Keluhan senada datang dari kota studi Manokwari, Papua Barat. Ketua Ikatan Mahasiswa Fakfak se-Manokwari, Paskalis Mezel Papuanus Hindom, mengaku banyak mahasiswa Fakfak di sana harus meminjam uang dan menjual barang kos untuk membayar biaya kuliah.
“Kami sudah menunggu sejak Juni atau Juli 2025, tapi hingga akhir Oktober belum ada pencairan dan tak ada penjelasan jelas dari Disdikpora Fakfak,” kata Paskalis Kamis, 30 Oktober 2025.
Ia menambahkan, pengumpulan berkas sudah dilakukan sejak Mei lalu, namun belum ada tindak lanjut maupun sosialisasi lanjutan. Bahkan, beredar isu adanya penurunan nominal beasiswa, dari Rp 6 juta menjadi Rp 2–3 juta per mahasiswa, baik untuk OAP maupun non-OAP.
“Kami butuh Disdikpora bersikap transparan. Jangan sampai mahasiswa berspekulasi karena kurangnya informasi,” ujarnya.
Paskalis mengatakan pihaknya sudah mencoba menghubungi Plt Kadisdikpora Fakfak, Mansur Ali, yang menyebut pencairan tinggal menunggu proses dari bagian keuangan dalam waktu satu minggu. Namun hingga kini, beasiswa belum juga ditransfer.
Sebelumnya, Sekretaris Disdikpora Fakfak, Muhammad Tahir Patiran, menyatakan pihaknya segera menyalurkan dana beasiswa senilai Rp 4 miliar setelah terbitnya Peraturan Bupati Fakfak Nomor 44 Tahun 2025 tentang Standar Operasional Pemberian Beasiswa Pendidikan.
“Dana beasiswa akan disalurkan langsung ke rekening mahasiswa. Saat ini kami sedang menghitung besarannya, karena untuk mahasiswa di luar Fakfak berbeda nilainya dengan yang studi di dalam daerah,” kata Patiran kepada media, 16 September 2025.
Ia menjelaskan bahwa dari 1.600 mahasiswa yang terdaftar, sebanyak 1.400 telah diverifikasi. Sisanya masih dalam proses verifikasi lanjutan.
Namun, Patiran juga mengakui bahwa alokasi anggaran tahun ini turun dari Rp 6 miliar menjadi Rp 4 miliar, menyesuaikan kondisi keuangan daerah. Ia memastikan penyesuaian itu tidak akan mengurangi jumlah penerima, hanya besarannya yang dihitung ulang.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Disdikpora Fakfak belum memberikan pernyataan terbaru. Sementara, mahasiswa di berbagai kota studi berharap pemerintah daerah segera menepati janji dan mempercepat pencairan beasiswa yang dinilai krusial bagi keberlanjutan pendidikan mereka.
“Kalau pemerintah serius ingin membangun SDM Fakfak, maka jangan biarkan mahasiswa menunggu tanpa kepastian,” ujar Aprillia.
Pewarta: Ronald
Editor: Ronaldo Josef Letsoin