Dari lorong-lorong Fakfak yang tenang di pesisir Papua Barat, lahir seorang pemuda yang kini namanya mulai bergema di panggung musik nasional, Jacson Zeran. Sosok yang dikenal sebagai rapper enerjik, penuh semangat, dan sarat pesan, kini menjadi representasi semangat baru generasi muda Indonesia Timur yang berani tampil dan bersuara.

Jacson lahir di Tual, Maluku, dan tumbuh besar di Fakfak, Papua Barat. Dari SD hingga SMA, ia menyelesaikan pendidikannya di kota kecil tersebut. Namun, siapa sangka, dari kota yang jauh dari hiruk-pikuk industri musik itu, tumbuh seorang figur yang kelak akan dikenal karena karyanya di genre hip-hop dan rap.

Perjalanan Jacson bermusik dimulai sejak kecil. Saat teman sebayanya sibuk bermain bola atau game, ia justru larut dalam dunia hip-hop dance. Ketertarikannya pada tarian jalanan itu menuntunnya ke dunia hip-hop secara lebih luas. Tahun 2008 menjadi titik awalnya mengenal rap, dan sejak itu, ia mulai menulis dan membuat lagu, meski awalnya hanya untuk dirinya sendiri.

“Saat itu, saya belum percaya diri karena banyak keraguan dari keluarga dan teman-teman,” kenangnya.

Namun semangat tak pernah padam. Ia membentuk grup-grup musik awal seperti TIZTER CREW dan STREET ANGEL, yang kemudian berkembang menjadi GROSSBEATZ. Bersama teman-temannya, Jacson mulai tampil di berbagai panggung lokal, menembus batas keraguan dengan irama dan lirik yang jujur dari hati.

Langkah besar Jacson terjadi pada 2019, saat ia diajak Oncho Flash, teman sekaligus rekan sesama rapper, untuk tampil di Jakarta. Dari panggung ibu kota, ia menyadari: dunia luar sangat luas, dan ia ingin jadi bagian di dalamnya.

Jacson tak pulang ke Fakfak. Ia memilih menetap di Yogyakarta, sebuah kota yang menurutnya ramah untuk seniman dan penuh ruang kolaborasi. Di sana, ia bertemu banyak musisi dan produser hebat yang membantunya menemukan suara aslinya. Bersama rekan-rekan baru, lahirlah grup PASUKAN BARANI, yang tak hanya membawakan rap keras, tapi juga menyentuh genre mellow hingga musik-musik penggugah semangat.

“Kami hajar semua genre musik, dari mellow, keras, sampai yang bikin orang joget,” ujarnya penuh tawa.

Tak semua jalan mulus. Jacson sempat mengalami ujian berat saat akun YouTube miliknya yang berisi seluruh karya dan dokumentasi perjalanannya hilang karena menerima endorsement dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Namun, bukannya menyerah, ia justru bangkit lebih kuat.

Dengan dukungan dari komunitas musik seperti IDETIMUR dan panutannya, Ecko Show, Jacson bangkit kembali lewat kanal baru: Jacson Zeran Official.

“Yang hilang hanya channel YouTube, bukan semangat saya,” tegasnya.

Tak hanya di panggung, Jacson juga membagikan kisah hidup dan motivasinya dalam diskusi publik, seperti yang ia lakukan bersama Oncho Flash dalam sebuah acara di yang tayang di Youtube Komsos Paroki Santo Yosep Fakfak. Di hadapan generasi muda Fakfak, ia menyampaikan bahwa potensi mereka besar, hanya belum ada wadah yang benar-benar merangkul.

“Banyak anak-anak yang berkarya, tapi tidak bisa mengekspresikan hasilnya. Akhirnya mereka stuck,” ungkapnya.

Ia juga membagikan pengalaman hidupnya di Yogyakarta, ketika harus tinggal sekamar bertiga, berbagi sebungkus mie instan, dan hanya makan sekali dalam dua hari.

“Proses itu penting. Jangan harap semuanya instan. Proseslah yang membuat kita kuat,” tutur Jacson dengan penuh keyakinan.

Kini, lagu-lagu Jacson mulai dikenal luas di pasar musik tanah air. Ia sering diundang tampil di berbagai kota di Indonesia, membawa warna musik Timur yang segar dan penuh semangat. Nama Jacson Zeran menjadi simbol bahwa dari kota kecil sekalipun, jika berani bermimpi dan mau berjuang, panggung besar bisa dicapai.

Dengan tetap menjunjung akar identitasnya sebagai anak Fakfak dan Maluku, Jacson terus berkarya dan membawa pesan-pesan inspiratif dalam setiap lagunya. Ia percaya, musik bukan hanya hiburan, tetapi juga media perjuangan dan penyemangat hidup.

Jacson Zeran adalah bukti nyata bahwa semangat, keberanian, dan konsistensi bisa membawa seseorang dari pinggiran peta industri ke tengah sorotan nasional. Ia bukan sekadar rapper, ia adalah suara bagi banyak pemuda yang merasa tak dilihat, tak dihargai, tapi terus bermimpi.

Dari Fakfak untuk Indonesia, Jacson Zeran membuktikan bahwa asal bukan penghalang, dan musik bisa jadi jalan pulang bagi harapan siapa saja.

 

 

Share this Link

Comments are closed.