CERPEN – Pagi jam sembilan lewat dua menit. Cuaca sedikit mendung diatas kota kecil Nabire. Sepertinya akan hujan sebentar lagi. Cafe Enauto masih kosong dan sunyi. Sebelum Stev masuk minum kopi, Stev berdiri tipu-tipu waktu dibawah pohon pinggir sungai kecil yang penuh dengan sampah plastik. Stev parkir motor shogun klasik. Motor yang sebagian rusak seperti gerobak pekerja bangunan. Kalau Stev jalan dengan motornya, asap kenalpotnya seperti orang bakar sampah.
Banyak orang aneh melihat asap motor tua Stev. Kebanyakan orang berpikir Stev harus seperti orang lain, berganti motor yang bagus. Tapi itu bukan sesuatu prestasi bagi Stev. Hanya sebuah kehidupan, tidak lebih. Manusia memiliki keunikan, makanya mestinya kesenian lebih hidup dari politik. Stev tau kota yang menghidupinya diduduki lebih banyak manusia bermimpi besar yang ingin hidupnya seperti orang-orang Jakarta dan Eropa. Biar Stev begitu saja, menjadi manusia yang hilang dalam fiksi yang Stev memulai. Tidak tau Stev ini apa. Tapi itulah kehidupan bagi Stev. Bukan Stev malas tapi tidak memaksa waktu yang ada menjadi orang lain.
“pagi David,” sapa Stev. David asli Solo yang setia membarista di Cafe Enauto, Dia pria bertangan miring yang menurut Stev barista terbaik di seluruh kota, kadang Stev memuji David tapi David selalu tidak terima, diam-diam mungkin David bangga. David sudah hampir empat tahun di Nabire. mungkin Dia mencintai dunia kopi Nabire dan orang-orang kopi yang tidak jelas seperti Stev.
“hey, pagi Stev,” balas David membalas dengan senyuman yang agak berat, mungkin David sedang rindu pacarnya di Solo, tapi ternyata David baru bangun, sulit untuk tersyenyum lebar tapi untuk pacarnya mungkin mampu.
“masuk saja duduk dalam,” ajak saudara Jokowi dari asal daerah, David. Stev masuk ruang, bebas rokok yang dingin. David sibuk menyapu bagian teras.
“oke, bro,” singkat Stev melangkah masuk.
“mau minum apa?” tanya David setelah menyapu teras lima menit dan masuk.
“V60,” pesan Stev.
“kopi?” tanya David.
“kopi Dogiyai,” pesan Stev.
Sementara David meracik V60, David putar lagu. Atmosfer lebih menarik dengan lampu dingin yang redup-redup dengan slow lagu. Seakan David tau isi kepala Stev kalau Stev suka lagu Felix Cover berjudul, ”Aku Milikmu Malam Ini” ruang ac dan lampu-lampu yang dingin tiba-tiba panas, lagu memicuh raga mendidikan dalam tubuh. Stev tarik napas dalam-dalam dan melepas keluar perlahan-lahan, harap rasa keluar namun tidak, masih ada, tiba-tiba Stev berhenti main hanphone (hp) dari tanggan.
Stev ingat Lisa, wanita yang memaksa Stev kencan setiap jam. Dia membuat Stev cepat sekali jatuh Cinta, tapi entahlah, semua pertandingan telah usai. Lisa membangunkan cinta dan pergi, benar kata Bob Marley, ”Pengecut terbesar adalah pria yang membangunkan cinta seorang wanita tanpa bermaksud untuk balas mencintainya,” kutipan emas untuk semua orang.
“hey, Stef kenapa ko?” tanya David melihat Stev aneh; tarik napas ulang-ulang sembari melihat langit pelapon putih dan lampu-lambu yang bergantung pada besi hitam, seperti buah markisa.
“hhmmm… tidak David, lagu yang kamu putar itu bagus. Lagu yang mendadak membawa luka lama, tapi tidak papa,” jelas singkat Stev kepada David.
Stev coba kembalikan perasaan seperti tadi sebelum mendengar lagu. Tapi itu terjadi hanya diluar tubuh Stev. Dalam tubuh Stev panas, seakan tubuh habis disetrum Stev. Lagu masih ada ditelinga, David belum ganti. Pikiran memanggil hal aneh ketika Lisa bermain dan Stev menikmati sesuatu yang baru.
Lisa jahat. Stev pikir Lisa mencintainya. Setelah Stev jatuh cinta dengan Lisa, Dia malah pergi dengan Leo yang punya motor yang bagus dan mobil. Stev hanya punya motor klasik dan tidak mempu membuat Lisa nyaman. Leo teman baik Stev. Stev tau karakter Leo dan latarbelakang orang tua Leo. Mereka keluarga yang punya banyak uang. Memiliki beberapa perusahaan besar di daerah.
Stev sakit karena Lisa. Sakit yang menurut dokter tidak ada obat, sehat tapi body badan semakin kurus. Mungkin obatnya hanya Lisa, tapi Lisa bukan makanan b2. Stev dan Lisa pacaran satu tahun lebih setelah mereka pertama berkenalan lewat messengger facebook. Satu bulan komunikasi, mereka bertemu yang pertama kali. Empat mata. Stev jatuh. Mereka berlari diruang sepih dan remang-remang. Lisa genggam keras, Stev membalasnya perlahan keras. Lisa marah menutup mata. Stev mulai dewasa dan menjadi kuat.
Lisa merobek sebagian jiwa. Stev jatuh setelahnya. Stev tidak tau kalau itu rasanya cinta. Emosional datang tanpa Stev memanggil. Saat itu Stev punya banyak uang karena kakanya pejabat daerah. Stev adik laki-laki satu-satunya, hanya mereka berdua yang hidup setelah tiga kaka Stev meninggal lebih dahulu. Apa pun yang Stev minta selalu kakanya kabulkan.
Mobil kedua milik kaka Stev yang sekarang sudah dijual adalah mobil Stev dan Lisa. Stev menjemput dan menggantar kemana pun pergi. Kapan saja, tidak dibatasi waktu. Stev punya motor klx, tapi polisi tahan karena masalah surat kendaraan. Semua sudah berkurang, kaka Stev sudah tidak lagi jadi pejabat setelah lima tahun berlalu. Waktu semakin merubah Lisa, mulai marah-marah Stev tanpa sebab. Tidak perna Lisa ingin bercinta dengan Stev seperti biasa. Tidak seperti dulu.
Lisa sudah tidak nyaman. Stev hanya punya motor Shogun klasik milik pamanya yang sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Lisa kadang hilang kabar, memblokir nomor dan membuka lagi setelah beberapa hari, katanya selalu pergi dengan teman keluar kota. Tidak seperti dulu waktu Stev punya motor klx dan Mobil, Lisa rajin memberi kabar dan ajak Stev nginap di hotel Mahavira, Grend Papua dan Karya Papua. Pergi pasar pun Lisa harus beritau Stev, kadang Stev harus antar. Waktu itu Stev berpikir Lisa telah mencintai semua yang Stev punya, lapis dengan seluruh kekurangan. Ternyata tidak, itu hanya mimpi Stev.
Jam sebelas lewat lima belas siang di cafe Enauto. Belum ada pelanggan yang datang duduk menikmati kopi lokal Meepago. Stev masih menikmati kopi V60 racikan tanggan David yang manis. Rasa kopi original biji dari Dogiyai, menyegarkan jiwa yang telah dirusak Lisa. David sibuk main hp di kursi sofa tebal, Stev duduk dikursi kayu. Bunyi pintu kaca. Ada yang masuk. Ternyata Lisa, Stev sedikit kaget tapi Lisa terlihat biasa saja.
Lisa memandanggi Stev dengan wajah cuek. Membuang senyum. Lisa tidak menegur Stev dengan senyum, Lisa berubah seakan kita tidak perna bercinta, tidak saling mencium, tidak bersentuhan manis dan pahit. Stev berpikir Lisa jahat sampai disini. Dulu Lisa yang selalu minta bercinta, kini tidak, Dia lihat Stev seperti binatang yang sedang minum kopi diatas meja bulat milik Enauto. Lisa pesan kopi lalu duduk diluar, di teras. Lisa ingin menjauh dari semua dari Stev.
Lisa tidak menghormati waktu dengan Stev. Stev akan melempar senyum pada tempat sampah. Tidak cukup waktu yang singkat disini, perasaan yang perna jatuh menggetarkan seluruh tubuh Stev. Rekaman dalam memori jiwa geretak keluar menerobos; Lisa memang jagoan bagi Stev diatas kasur persegi empat. Awal cinta bagi Stev.
Bunyi gesekan pintu lagi, ada yang masuk ruang dingin, ternyata saudara perempuan Stev, namanya Elis, teman baik Lisa, mereka janji bertemu di Cafe Enauto dan Elis masuk pesan minuman.
“pane,” sambut kaget dari Elis. Pane adalah sebutan saudara dekat laki-laki atau perempuan dalam bahasa suku Mee.
“pane Elis baru dari?” sambut Stev tanya.
“rumah to pane,” balas singkat sambil Elis salam.
“baku janji ka apa?” tanya Stev dengan sedikit senyum.
“Itu lagi, pane punya mantan Dia,” balas Elis dengan balas ketawa kecil.
“wkwkwk.. jangan pane, orang punya,” balas Stev dengan santai setelah ketawa kecil.
“jii… pane, Dia sudah tidak dengan Leo,” balas Elis.
“ba..kenapa?” tanya Stev.
“katanya Leo terlalu lonte ka, wkwkw,” jelas Elis ketawa.
“ba…. Jangan begitu pane, saya punya teman tidak begitu,” balas Stev.
“khmm… oke sudah pane sa ke Lisa dulu,” balas Elis sambil berbalik badan dan pergi keluar ke teras.
Cafe Enouto jam dua lewat tiga menit. Siang matahari picah diatas gumpalan awan. Elis dan mantan Stev Lisa tenggelam dalam cerita selama empat puluh menit diluar. Dibalik kaca. Kaget Lisa sudah membuka pintu dan duduk depan Stev. Stev tidak berkata apapun walaupun Ia senyum setelah duduk dan bersalam tanggan kepada Stev. Tidak seperti Lisa pertama masuk cafe Enauto membuang wajah senyum dari mata Stev.
“maaf tadi saya tidak lihat,”sambut Lisa kepada Stev setelah beri salam.
“oh…begitu ya,” balas Stev.
“Ia, tadi saya pikir siapa yang duduk,” balas Lisa sambil melihat mata Stev dengan lemah. Gaya itu yang disuka. Stev suka bola matanya.
“tidak papa Lisa, santai,” balas Stev.
Tatapan Lisa membuat Stev lemah tidak berdaya, Lisa punya energi sex yang tinggi. Tapi tidak, dua bulan yang lalu Stev punya calon istri sudah mengandung anak Stev. Bukan soal lama bersama Lisa, tapi Stev menghargai anak yang dititip Tuhan kepada Dia.
“saya mau bicara, saya minta maaf,” jelas Lisa sambil Ia tunduk bercucur air matanya. Lisa perempuan yang cepat nangis, cepat juga mengambil keputusan.
“terus bagaimana, pane Elis cerita apa tadi,” tanya Stev.
“katanya kamu sudah jadi DPRD ka?” tanya Lisa dengan muka lemahnya.
“Io, baru dua bulan saja,” jawab Stev santai sambil melihat layar hp. Stev ingin usir Lisa dari depan matanya tapi Stev menghargai waktu Lisa dengan Stev, cukup lama mereka bersama, tapi anehnya Lisa mudah sekali pergi dari Stev.
“selamat ya,” balas Lisa.
“makasih Lisa,” balas Stev.
Stev dengan sekuat tenaga dalam mengendalikan perasaan depan Lisa, tidak mudah menekan seluruh energy cinta yang mendidih dalam tubuh Stev. Stev punya pengetahuan stoa atau philosopy teras dalam kepala. Ia mampu mengaturnya dengan baik, canggih.
“saya ada sibuk jadi saya pulang dulu Lisa,” jelas Stev sambil berdiri pulang. Stev tidak mampu lama-lama depan Lisa. Stev bisa jatuh dalam tatapan Lisa. Stev menyukai wajah lemah Lisa dari pertama mereka bertemu.
“sabar ka, dengar saya bicara dulu,” kata Lisa dengan mohon tahan stev
“hey Lisa, kamu ingat, kau sudah milik orang lain dan kamu yang memulai, maaf Lisa,” tegas Stev kepada Lisa, Lisa terdiam dan Stev pamit pulang setelah bayar semua.
Keluar cafe Enauto. Stev pamit dengan pane. Menuju motor tua dibawah pohon tempat dimana Stev parkir motor tadi. Mungkin sebelum Lisa masuk tadi, Dia pasti tau dari motor kalau Stev ada dalam. Stev pulang dengan bebas, tidak ada lagi Stev pikir tentang Lisa lagi. Stev puas melihat Lisa menanggis depan wajahnya setelah Stev berubah.
Stev telah mencabut sakit yang Stev merasakan waktu Lisa menghilang, membawah lari sebagian jiwa Stev. Dua tahun yang lalu setelah Lisa lari dengan Leo, Stev hampir gila, tidak makan, tidak minum dan tidak tidur hampir tiga hari. Hari ini Stev puas, Dia teriak di jalan merdeka,”Saya puas!!!…saya puas!!” teriak Stev.
Stev mengendarai motor tua dengan santai di jalan umum, jalan merdeka. Stev tidak pusing orang melihat Dia aneh dengan kenalpot berasap tungku api. Stev mencintai motor tua ini karena sudah lama bersama Dia sepanjang hidup, banyak waktu sulit bersamanya, tidak seperti Lisa, waktu happy bersama tapi Dia pergi setelah Stev tidak punya happy.
Baru dua bulan Stev sudah jadi dewan, hari ini Stev punya kekuasaan dan uang. Stev langsung ke dealer motor lampuh merah kesuma. Stev beli motor klx kuning, cash buka plastik. Stev langsung kembali ke Cafe Enauto dan parkir depan Lisa dan Elis duduk. Stev gass motor keras-keras sambil melempar senyum kepada Lisa dan Elis.
“Lisa, mari,” panggil Stev dari depan Cafe Enauto samping motor baru yang Dia beli.
“ini kunci dan motor itu saya belikan untuk kamu, maaf saya sudah punya calon Istri,” jelas Stev kepada Lisa.
“yeskon..!!” Lisa nangis sambil memeluk Stev, kunci sudah ditanggan Lisa. Stev cepat-cepat melepaskan pelukanya dan Stev kembali ke toko untuk ambil motor tua dan pulang ke rumah.
Sepanjang hari Lisa menelpon hingga inbox minta balikan. Jiwa Stev terganggu dengan cinta yang lama, semua kejadian bersama Lisa yang dulu itu datang lagi dalam pikiran. Stev tidak mampu menghilangkannya. Sulit. Lisa perempuan pertama bagi Stev.
“ko bunuh saya dengan cara begini,” kata Lisa memandanggi bola mata Stev.
“biasa saja Lisa,” balas Stev.
“makan cepat kita ke Mahavira,”ajak Lisa. Lisa memahami kekurangan Stev sekaligus memiliki kekurangannya.
“Lisa siap jadi Istri kedua to?” tanya Stev dengan ragu.
“kamu sudah membayar saya Stev,” jawab Lisa. Stev balas hanya senyum kecil. Mereka pergi, kembali seperti dulu, dua tahun yang lalu. Cara Lisa yang diam-diam Stev merindukan datang dengan waktu yang cepat dan lambat. Seakan luka sembuh dengan keringan dibawah lampu remang-remang berkeringat. Mulai dan usai. Malam yang sempurna bagi Stev.
Sedikit tidak tenang dengan Istri pertama. Masalah akan tetap Stev hadapi. Lisa memang tidak mudah di biarkan pergi dari Stev. Lisa pelengkap kebahagiaan Stev dan Dia tempat yang paling nyaman yang lebih dulu merobek jiwa Stev. Lisa menjadi Istri kedua Stev setelah lama putus dengan Leo. Teman Stev.
Dua tahun berlalu, mereka hidup sama-sama dengan damai. Persoalan telah usai dan mereka baik-baik. Istri pertama terima dengan baik. Istri kedua Lisa sudah hamil anak kedua. Istri pertama sudah menyusui anak yang ketiga. Uang Stev masih banyak. Semoga atmosfer ini tidak pergi setelah menjadi biasa dari status dewan. Semoga Lisa tidak seperti dulu dan mereka hidup hingga nene hingga tete. Harap Stev.
Stev setelah periode dewan daerah berakhir, usai. Lisa pergi lari tinggalkan kedua anak mereka dengan orang lain. Dua anak Stev tinggal bersama istri pertama Stev yang setia mencintai apa adanya sejak pertama mereka bersama. Istri pertama mencintai Stev bukan ada apanya, tapi apa adanya. Lisa hilang. Stev dan Istri pertama dimakan waktu tua dan kembali kepada Tuhan. Anak mereka mewarisi nama mereka seperti kota Nabire bersama mereka.
(cerita fiksi, mohon maaf jika ada persamaan nama tokoh dan tempat)