Siapa sangka Kabupaten Fakfak, sebuah daerah di ujung barat Papua, punya peran penting dalam dunia olahraga futsal Indonesia? Nama Fakfak tidak asing lagi dalam kancah futsal nasional, bahkan sempat mengharumkan nama Indonesia dipentas internasional.

Dalam sebuah podcast yang tayang di YouTube Sport77, legenda futsal nasional Jailani Ladjanibi berbagi cerita yang menggugah. Dipandu oleh Mamat Alkatiri, Jailani mengisahkan bagaimana futsal bertumbuh di Fakfak. Menurutnya, sejarah futsal di daerah ini bermula sekitar tahun 2000, ketika para mahasiswa menggelar turnamen futsal memperebutkan Piala PDIP di lapangan basket (Gedung KONI) Fakfak.

Salah satu tokoh penting dalam perjalanan futsal Fakfak adalah almarhum Yosep Renmeuw. Sosok yang dikenal sebagai mantan anggota DPRD Fakfak ini ternyata juga pernah menjabat sebagai manajer Timnas Futsal Indonesia. Komitmen dan dedikasinya dalam membina pemain muda turut mendorong lahirnya generasi emas futsal dari Fakfak.

Momen bersejarah pun pernah terjadi; saat seluruh anggota Timnas Futsal U-23 Indonesia berasal dari Fakfak. Mereka membawa nama Merah Putih dalam kejuaraan internasional di Brunei Darussalam, suatu prestasi luar biasa yang menjadi bukti bahwa Fakfak bukan sekadar penonton, tapi salah satu tulang punggung futsal nasional.

Nama Jailani Ladjanibi sendiri sudah melegenda. Pria kelahiran Papua, 8 April 1985, dikenal luas sebagai anchor terbaik yang pernah dimiliki Timnas Futsal Indonesia.

Fakfak juga pernah menjadi pusat kekuatan futsal Papua Barat, seperti yang tercermin saat ajang Pra PON Papua Barat 2011, di mana seluruh pemain Tim Futsal berasal dari Fakfak. Sayangnya, seiring waktu, peran ini semakin mengecil. Pembinaan futsal di Fakfak dinilai tidak lagi intensif, bahkan nyaris mati suri.

Padahal, banyak pemain profesional di liga futsal nasional berasal dari Fakfak. Sebut saja Iksani Fajar, Samuel Amos juga sempat bermain di Timnas, serta tentu saja Jailani pemain Papua pertama yang membela Timnas Futsal Indonesia selain itu ada juga Alexander Beny yang pernah juga pernah membela Timnas Futsal Indonesia.

Melihat kenyataan ini, pantas bila banyak pihak mulai bertanya; ke mana arah pembinaan futsal Fakfak? Kabupaten yang dulu dijuluki sebagai “gudang bintang futsal” kini justru kehilangan pijakan.

Harapan pun disuarakan. Agar Fakfak kembali bangkit, dibutuhkan perhatian serius dari semua pihak baik pemerintah daerah, pengurus olahraga, maupun komunitas futsal. Sudah saatnya talenta muda Fakfak kembali diasah, dibina, dan diberi ruang untuk bersinar. Karena dari timur, bintang futsal Indonesia pernah lahir. Dan dari Fakfak, mereka bisa bersinar kembali.

Penulis: Gilberth

Share this Link

Comments are closed.