penulis : Nomen Douw
CERPEN – Rumah kayu diatas bukit hutan, berpohon lebat dingin. Hanya empat rumah dari jalan besar. 100 meter jalan masuk rumah, dari mata jalan utama. Keluarga Alice yang hidup dari gaji pensiunan pengawai milik bapaknya setelah pensiun 2 tahun yang lalu. Ibu Alice hanya rumah tangga, menjaga kios di samping jalan besar. Alice habis mandi, masuk kamarnya dengan cepat, handuk diatas kepala sambil mengucak rambut yang masih basah. Buru-buru mau keluar dari rumah. Handphone Alice diatas tempat tidur berseprei biru putih berbungga pesan messenger sudah masuk; pesan dari nama Epan.
“Sudah otw kah, saya ada menunggu,” Bunyi pesan dari Epan yang memintah berkenalan melalui messengger, dua hari yang lalu. Dari pagi janji bertemu. Photo provil Epan genggam senjata laras panjang (M16), berpakean militer. Epan baru selesai pendidikan, Ia baru bertugas menjaga Negara di Papua. Alice, calon dokter yang sudah kuliah di Universitas negeri di Surabaya, Jawa Timur. Sedang Co Ass di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Mohamad Soewandhie. Alice dapat beasiswa daerah semenjak kuliah hingga selesai.
Alice agak cerewet dan bersikap prinsip, berkulit putih, sorot mata yang tajam, pinggung yang cantik hampir seperti Nicki Minaj, buah dada kencang, berwajah tebal panjang, rambutnya hitam lebat bergelombang seperti mie, persis seperti wajah wanita arab hidung melanesia. Alice mulai menyukai laki-laki sejak bangku SMP, waktu SMA, Alice memulai pacaran tapi biasa saja, Ia menyukai pria tentara dengan perpakaian gagah, tiga kali Ia berpacaran dengan satu sekolah tapi Alice tidak berhubungan sex, Alice takut dan menjaga nasehat mamanya; Ia harus menjadi Dokter. Mawujudkan kata-kata waktu Alice kecil saat ditanya mamanya.
“Cantik sekali kamu,” Sambut Epan menyambut Alice datang. Epan menunggu 30 menit lebih di kedai kopi. Mereka bertemu yang keempat kali.
“Kkhaamm, stop sudah, biasa saja,” Balas Alice sambil Dia perbaiki kursi dan duduk.
Epan adalah laki-laki asal Maluku, rambut berombak, berkulit coklat pasific, bertubuh kekar militer, bersifat keras tapi diam, cepat bosan, berwajah manis, hidung mancung seperti peranakan Belanda Ambon. Epan baru bertugas di Papua, di Kabupaten atau daerah keberadaan Alice. Sudah bertugas selamah satu tahun lebih, Ia berkenalan dengan Alice melalui messenger.
Epan punya pacar guru dan suster tapi Dia menyukai wanita Dokter, semenjak selesai SMA, Dia selalu bermimpi untuk bisa berpacaran dengan Dokter. Sama dengan Alice, sejak SMA Ia punya mimpi, jodohnya harus seorang tentara yang mampu menjaga Dia dan keluarganya nanti.
Epan minta pertemanan pertama, Alice langsung konfirmasi setelah memantau dinding facebook. Epan kirim pesan hingga mereka janji bertemu. Alice menyukai tentara dan Epan menyukai Dokter tapi Epan memiliki karakter yang berbedah, cepat bosan dan memiliki beberapa pacar di kota. Berbedah dengan Alice, Ia sudah mampu menjaga seluruh tubu dengan sempurna, buah dada tidak perna disentu, tubuh yang tidak perna melepas baju depan pacarnya kecuali mandi. Tiga pacarnya di sekolah hanya sebatas ciuman bibir, perna meraih puncak organs, hanya berair dan itu adalah kedewasaan yang Alice menekan dalam jiwa. Mengunci jiwanya.
“Kita sudah duduk banyak kali disini, bagaimana kalau hari kita keluar makan,” Tanya Epan kepada Alice, penhunjung akhir pertemuan di kedai kopi yang mereka berjumpa berulangkali. Selamah dua bulan lebih. Setiap kali bertemu, Epan ajak pergi ke kos, Alice salalu menolak, Kali ini Alice setuju pergi dengan Epan.
“Boleh ayo, tapi dimana?,” Balas Alice setelah berpikir beberapa detik, bertanya sambil melempar senyum dari bibir tebalnya. Epan selalu kagum senyumnya, apalagi body Alice dari belakan, Epan menyukainya. Gila.
“Di kos, tadi saya masak special untuk kamu,” Balas Epan menyakinkan Alice ikut.
“Oke,” Balas Alice setelah diam lima detik. Alice dan Epan pakai satu motor menuju kos.
Alice dan Epan sudah berdiskusi dibeberapa pertemuan, saling bertanya status hingga menjaling hubungan pacaran. Alice hanya berlibur natal di Papua bersama orang tuanya tetapi bertemu Epan. Epan ditugaskan Negara di Papua setelah lulus tes di Maluku. Diam-diam saling suka lebih dalam; Alice menyukai tentara dengan berharap kepastikan seluruh hidup dengan pria yang akan hidup harus bela Negara hingga mati. Epan menyukai wanita dokter tapi Ia punya kisah cinta lain dengan orang lain, Epan menyukai Alice dari wajah yang menarik dan tubuh yang indah. Setiap libur, Alice pulang kerumah, selain rindu rumah, Alice rindu Epan.
Kota yang baru bagi Epan. Sudah satu tahun lebih bertugas. Bagi Alice, kota ini, kota yang bersejarah_lahir hingga selesai SMA di kota ini. Setiap libur, Alice pulang kampung, bertemu orang tua, duduk berbagi kasih dan mengenang jejak di kota bersama sahabat sekolah dan keluarga. Bulan desember kali ini berbedah bagi Alice, lebih lama di kota ini hanya karena bertemu dengan Epan. Praktek sudah masuk empat hari lebih namun Alice masih ingin bersama Epan. Liburan kali ini ada sesuatu yang Epan merebut dari Alice. Di kos, dari sekian berlibur ke daerah, liburan kali ini Alice tidak menolak pergi ke kos.
Duduk dua jam. Waktu di kota ini, dari jam 16:00 di kedai kopi hingga 18:08. Dibawah cuaca kota yang baik, warna orange senja sudah memeluk. Motor mio, vario merah, melaju diantara mobil dan motor di kota. Masuk gang tikus. Matahari semakin tenggelam membawah pergi terang. Alice dan Epan diam sepanjang jalan. Ruang kos berwarna biru. Diujung dari sepuluh ruang memanjang. Epan memarkir motor. Alice dan Epan gegas masuk kos. Makanan sudah disiapkan Epan diatas meja makan, Alice duduk, persiapan makan, Epan juga.
“Terimaksih Epan, makananya enak,”Suara Alice sambil santap makanan. Epan duduk disamping dan makan bersama.
“Ini hanya makan malam saja Alice, selamat makan,” Balas Epan sambil tanggan sendiri menyuap makanan dalam mulutnya.
“Sudah gelap, saya harus pulang Epan,” Minta Alice setelah selesai makan, khawatir Epan aneh-aneh, tadi Epan menggunci pintu dan kain jendela. Diluar sudah gelap. Alice duduk sampin pintu sambil bermain handphone, beberapa kali Alice berkata, Dia harus pulang karena sudah malam.
“Ia, nanti saya antar sayang,” Balas Epan sambil duduk disampin Alice dan memeluknya.
Kepala Epan sudah menempel di kepala Alice, Epan begitu cepat sudah mencium bibir Alice dengan penuh gairah. Mulut Alice terkunci berkata, Alice ikut mengerakkan bibir, lidah saling bertemu dalam mulut yang sudah menyatuh, bunyi bibir seperti orang menjilat es krim bolak-balik. Alice sudah menyukai Epan, mereka bertemu sudah banyak kali dan pacaran sudah tiga bulan lebih; Alice sudah percaya Epan setelah Epan bersumpah serius.
Alice menikmati sentuan Epan. Epan dan Alice sudah bergairah, tanggan Epan sudah kemana-kemana diatas tubuh Alice, ada suara kecil menarik napas, mata Alice tertutup menikmati, seperti rasa yang ditungku lama. Epan sudah membaringkan Alice diatas kasur seprei bungga merah mawar, paha yang mulus, buah dada menggembang kencang, Alice berbaring lemah, sentuan Epan seperti membius Alice tidur pasrah. Lemah nikmat.
“Epan janji kamu tanggung jawab?,” Tanya Alice sambil menahan tubuh Epan setelah Epan gegas menyentuh Vagina Alice.
“Saya janji sayangku,” Balas Epan melepas tanggan Alice dan berusaha memasukan penisnya. Epan kesulitan memasukan penisnya dalam vagina Alice yang masih tertutup rapat. Epan laki-laki pertama bagi Alice.
“Sakit Epan!!!!,”Suara Alice setelah penisnya berhasil cebol. Darah. Mata ayu menatap Epan, tanggan Alice memeluk keras tubuh Epan.
“Epan sayang kamu orang pertamaku, semua kamu sudah ambil, kita harus menikah dan tinggal selamanya,” Ucap Alice kepada Epan. Alice semakin mencintai Epan.
Epan hanya mendengar dan lanjut bermain, penisnya keluar masuk dengan sedikit darah. Tidak lama, selesai. Epan dan Alice bergemas diujung selesai. Alice terbaring lemah, Epan tidur disampinnya dan memeluknya dari belakan. Istrahat 30 menit. Alice mulai bergerak dan pergi ke kamar mandi. Alice sudah berpakean, merapikan rambut seperti tadi. Epan hanya cuci muka duduk di kursi makan, akan berangkat antar Alice. Alice sampai dirumah, bapaknya sambut dengan informasih keberangkatan. Sudah membeli tiket pesawat. Alice berangkat besok pagi. Alice berdebat dengan bapanya karena mendadak tapi Alice tetap akan berangkat.
Alice terbangun pagi, langsung menghubunggi Epan. Nomor diluar jangkauan, tidak aktif. Alice menyiapkan sarapan sebelum bersiap berangkat. Dirumah hanya kedua orang tua dan kedua adik perempuan dan laki-laki yang masih SMP dan SMA. Jam 07:55 waktu di kota. Di meja makan, mereka berkumpul berdoa lalu sarapan. Sambil makan, ada ucapan selamat berangkat dari bapak Alice, Bapaknya tegaskan, Alice tahun ini harus menjadi Dokter. Tahun kemaring Alice menunda karena nilai belum memenuhi standar. Alice berjanji akan selesai dan pulang membawah gelar dokter.
Kedua orang tuannya menggantar Alice berangkat ke Bandara, hanya di pintu rumah. Jam 09:00, Alice sudah di ruang tunggu, menelpon Epan berulangkali namun tidak aktif. Alice gelisa dengan waktu. Alice naik pesawat dengan suasa hati yang tidak tenang. Masuk pesawat dan duduk di nomor kursi 23D. Terbang. Pikiran dan Perasaaan tertinggal di kota yang telah berpengaru pada seluruh hidup Alice.
Suara hati dan pikiran berkelai dalam Alice. Apakah Alice salah memercayayai pria yang hanya lewat membuang waktu kosong dan akan tinggalkan jejak pada setiap wanita. Alice berdoa dalam pesawat. Semoga Dia adalah pria yang Tuhan ciptakan untuk jodohnya. Alice sampai di Bandar Udara Juanda Surabaya. Transit kos dengan mobil grab. Dalam taksi Alice menelpon Epan, kali ini masuk.
“Halo Sayang,”Jawab Epan dengan santai.
“Epan saya sudah di Surabaya,” Jawab Alice bernada tidak relah, berangkat secepat itu.
“Tidak apa focus selesaikan sayang,” Jawab Epan dengan nada yang santai.
“Tiba-tiba kemaring saya pulang itu, Bapa sudah belikan tiket, aduh malas, saya masih mau bertemu duduk dengan kamu Epan,”Jelas Alice, nadanya gemas tak relah.
“Tidak apa-apa itu baik, kan sudah kita bertemu. nanti ada waktu,” Balas Epan dengan santai. Bersikap dewasa.
“Io, Epan janji e, jaga saya punya hati, kamu sudah ambil semua yang saya jaga dari dulu, saya cinta kamu Epan,” Jujur Alice takut kehilangan Epan, pria tentara, idaman Alice.
“Siap sayang, oke sudah saya di kantor, hati-hati,” Balas singkat Epan dan menutup telfon.
“Selamat bekerja sayang,” Balas singkat Alice.
Dua bulan Alice Co Ass di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Mohamad Soewandhie. Dalam dua bulang itu, Epan jarang memberikan kabar, jarang angkat setiap kali Alice telfon. Sering mereka dua berdebat soal komunikasi yang hidup mati. Alice terganggu dengan Co Ass di rumah sakit hanya karena Epan jarang beri kabar.
Satu tahun berlalu dengan kondisi yang sama, komunikasih yang jarang. Sering ada masalah dari kesetiaan yang tidak seperti awal mereka berkenalan. Jarang berkabar dari Epan. Libur Desember tiba. Alice pulang kepada rumah orang tua dan kota. Ia tidak beritahu Epan. Kata Alice kepada Epan, libur Desember kali ini di kota study saja, padahal Ia akan pulang.
Berjumpa kedua orang yang sudah mulai pikung karena usia. Alice selalu bersedih dengan waktu yang begitu cepat. Alice akan menjadi dokter bulan depan. Awal tahun. Kabar gembira bagi kedua orang tuanya. Mendegarnya kedua orang ceriah seperti menambah energi muda, anak mereka akan menjadi dokter, dua bulan lagi. Beberapa hari berlalu di rumah.
Suatu hari, Sore 16:09 waktu di kota, kota semasa kecil hingga besar bagi Alice. Alice berangkat kedai kopi yang pertama kali Epan menggajak bertemu. Memarkir motor di parkiran. Perlahan masuk pintu kedai. Alice sudah melihat motor Epan berparkir disamping. Dalam hatinya, Ia akan memberikan kejutaan kepada Epan. Tiba-tiba muncul seperti dulu Alice tiba-tiba berangkat. Alice bahagia akan bertemu Epan ditempat mereka bertemu dulu, Alice akan memeluknya dari belakan.
“Epan!!,” Suara keras dari Alice melihat Epan duduk mesraan dengan wanita berrambut lurus. Hati Alice berubah seratus derajat, luluh, sakit dan air matanya jatuh.
“Hei ade Alice,” Suara santai tersyenyum. Epan seakan hanya mengenal Alice sebagai adiknya. Padahal, Epan sudah menjadi orang pertama bagi Alice. Membuat Alice jatuh cinta.
Alice berbalik wajah tanpa kata dan pergi dari kedai. Diatas motor Dia menjerit, air matanya keluar. Alice kecewa dengan Epan, Pria yang Alice percaya akan menemani Alice hingga tua ternyata tidak, harapannya salah, Alice salah memberikan sesuatu yang berharga. Hati Alice hancur, pikiran dan perasaaan hati berkontradiksi, seperti suara hamburan kaca pecah diatas batu.
Alice berpikir, Dia ditipu dengan impian yang harus mendapatkan seorang pria tentara, padahal tidak harus seperti itu. Kekagumanya membuat Alice merasah dihancurkan kesempurnaan yang Ia jaga bertahun-tahun lamanya. Alice adalah wanita yang berprinsip. Alice memblokir Epan tapi setiap malam Alice gelisah karena Ia mencintai Epan, namun Alice harus pergi dan berubah semua.
Epan adalah seorang pria tentara yang pertama masuk menyentuh vagina Alice dengan penisnya yang tegang, sesuatu yang dijaga Alice semenjak dari SMP hingga bangku Kuliah, era dimana remaja ingin mengenal semua hal. Epan suka dokter tapi Epan punya kisah cinta yang panjang dengan wanita lain. Epan menyukai Alice tapi Epan tidak mencintai Alice dengan cepat. Dengan waktu dua tahun, Alice begitu yakin, sesuatau yang Ia mimpikan adalah seorang tentara, tapi rupanya salah, Epan punya cinta yang lain dengan waktu yang berharga panjang.
Sampai dirumah dari kedai, Alice menanggis dalam kamarnya. Lebih banyak dalam kamar. Hari-hari Ia menyesal dan tertipu dengan impian yang telah berharap. Dua hari berlalu. Alice semakin membenci tentara hanya karena kisah cintanya bersama pria tentara. Berkat Doanya, Alice berubah, Ia semakin menyukai postigan pelanggaran Ham di Papua dan mengecam tentara sebagai pelaku kejahatan, selalu Alice menyukai pikiran teman-teman yang bergerak membela hak-hak hidup masyarakat asli. Alice semakin berani memakai simbol perlawanan dari Papua di media sosial dan pakaian. Dulu tidak. Alice percaya kejahatan di Papua adalah tentara.
Dari bacaan tulisan di facebook dan sumber berita, Alice menjadi wanita yang memiliki harga diri lagi, berani bersuara atas perlakuan diskriminasi pada perempuan dan kejahatan pada masyarakat marjinal. Alice sudah kembali focus Ko Ass. Setelah dua bulan berlalu, Alice menjadi Dokter. Pulang ke kotannya dan Alice diangkat menjadi Dokter di RSUD dan satu tahun berlalu menjadi pegawai.
Epan sudah tidak bertugas di kota Alice; Epan sudah pulang dan hidup dengan wanita lain. Alice tidak merasah kehilangan karena kesuksesannya memberikan Dia kuat, tidak merasahkan kehilangan apapun dan lebih punya mental yang bagus; punya gaji besar dan hidup bahagia dengan seorang penulis yang menulis cerpen ini. Alice sudah punya anak satu. Tiga tahun Alice bekerja di rumah sakit, menyaksikan kematian manusia asli dibawah umur.
Laporan Alice ditulis oleh suaminya penulis, sekaligus wartawan, bekerja sebagai editor dan penerjemah buku. Hasil datanya memicuh diskusi besar diruang public. Laporanya ramai dibahas, direview banyak media nasional bahkan ada Internasional. Alice dikejar petugas yang tidak suka dengan laporanya, akan tetapi Alice tidak takut, Ia tetap menjelaskan laporannya adalah keresahan hati dalam pelayanan dirumah sakit selamah tiga tahun. Alice selalu berpikir, pro dan kontra atau selebihnya adalah dinamika sosial politik di kotanya.
(cerita fiksi, mohon maaf jika ada kesamaan nama, tempat dan lembaga)