INTAN JAYA, majalahkribo.com – Kontak senjata antara aparat keamanan TNI dan kelompok bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali terjadi di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah. Insiden berdarah ini memicu gelombang pengungsian warga sipil ke hutan dan pegunungan untuk menyelamatkan diri.
Pada Senin (11/8/2025), baku tembak pecah di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, antara aparat TNI dengan TPNPB OPM Kodap VIII Kemabu. Kontak senjata tersebut menewaskan Komandan Batalyon Titigi, Dece Mujijau, serta melukai dua lainnya, yakni Daume Maeseni dan Sabinus Joani.
Keesokan harinya, Selasa (12/8/2025), bentrokan berlanjut di sekitar Kampung Eknemba, masih di Distrik Sugapa. Dalam peristiwa tersebut, dua anggot TPNPB OPM tewas, yakni Komandan Wilayah Mamba Kodap VIII Kemabu, Teleginus Maiseni, dan ajudannya, Seprianus Maiseni.
Ketegangan yang terus meningkat ini mencapai puncaknya pada Sabtu (16/8/2025). Ratusan warga Kampung Eknemba dilaporkan mengungsi ke hutan dan gunung di sekitar wilayah itu, menyusul baku tembak lanjutan antara TNI dan TPNPB OPM, sayap militer OPM.
“Sejak kejadian di Mamba, aparat TNI mulai masuk ke Kampung Eknemba dari Pos Titigi dan jalur lainnya. Siang tadi sekitar jam 12, kembali terjadi baku tembak, membuat warga panik dan mengungsi ke hutan,” ujar Yohanes kepada media, Sabtu (16/8/2025) dari Bilogai, Intan Jaya seperti dilansir dari odiyaiwuu.com.
Menurut Yohanes, warga dari RT Taitawa, Kusage, dan Bajemba kini hidup dalam ketakutan. Mereka tidak bisa lagi beraktivitas seperti biasa, termasuk berkebun yang merupakan sumber penghidupan utama.
Ia pun menyampaikan permohonan langsung kepada Presiden Republik Indonesia, Haji Prabowo Subianto, agar menarik pasukan non-organik dari wilayah Intan Jaya.
“Kehadiran pasukan non-organik membuat masyarakat sangat ketakutan. Kami mohon agar Bapak Presiden sebagai Panglima Tertinggi memerintahkan penarikan mereka,” ucap Yohanes.
Tak hanya orang dewasa, pengungsi juga terdiri dari anak-anak, balita, hingga lansia. Mereka terpaksa menempuh jalur hutan dan pegunungan tanpa persiapan yang memadai demi menyelamatkan diri dari konflik bersenjata yang terus berulang.
Yohanes juga mengkritisi pendekatan pemerintah yang selama ini hanya memberikan bantuan makanan (bama) sebagai solusi jangka pendek.
“Bukan hanya soal bama. Yang lebih penting adalah menghentikan konflik. Pak Gubernur dan Pak Bupati sebaiknya duduk bersama pemerintah pusat untuk mencari solusi nyata agar masyarakat bisa hidup aman dan tenang di tanah leluhurnya,” pungkasnya.