ARTIKEL – Mario Balotelli adalah salah satu korban rasisme yang sangat memalukan selain Dani Alves, Vinicius Junior, Karim Benzema, Mesut Ozil, Patrice Evra dan Kevin Boateng di dunia sepak bola. Namun yang lebih menyakitkan dari semua pemain dan memiliki sejarah panjang dalam perlawanan rasisme adalah Mario Balotelli. Ia mengalami rasisme yang sangat menyedihkan dalam sejarah sepak bola yang cukup panjang karena Mario Balotelli mengalami rasisme sejak usia masih bocah.

Mario Balotelli lahir 12 Agustus 1990 di kota Palermo Italia. Orang tua biologis dari imigran asal Ghana Afrika. Pada tahun 1993, Ia dititipkan di panti asuhan. Di umur yang tiga tahun, keluarganya menyerahkan ke keluarga angkat Balotelli, Italia. Orang tua asuhnya bernama Silvia bersama pasangannya Balotelli. Mereka tinggal di Italia utara.

Melihat kembali kehidupan Mario Balotelli di Italia Utara, dari umur 13 tahun Ia sudah mengalami rasisme,”Ketika aku berumur 13 tahun, aku mendengar penghinaan rasis pertamaku. Aku berdebat dengan seseorang di lapangan dan kemudian dimulai: ‘Oh, lihat itu masalahnya. Kembali ke negaramu,” kata Mario Balotelli.

Dari bocah, orang tua angkat Mario Balotelli mengajarkan tentang eksistensi manusia dalam melihat perbedaan dimana Ia bertumbuh di Palermo,”Saya bertanya kepada ibu dan ayah saya dan mereka menjelaskan kepada saya bahwa orang tua kandung saya berasal dari Afrika dan bahwa semua orang Afrika berkulit hitam, tetapi tidak berbeda.” kata Mario Balotelli.

Saat Mario Balotelli masuk dunia sepak bola dan karirnya mulai naik menjadi pemain profesional yang dilihat, Ia mulai mengenali ucapan rasisme secara masif dan luas. Ketika duel kontra Juventus di Stadio Olimpico Grande Turin pada 19 April 2009, hampir sepanjang laga suporter tuan rumah melontarkan suara diskriminatif terhadap Mario Balotelli yang berbunyi: “tidak ada orang Italia yang berkulit hitam.”

Di ajang Euro 2012, Mario Balotelli tegaskan akan lawan rasisme yang sudah berkali-kali menyerang dirinya di negara Italia,”Jika seseorang melempari saya dengan pisang di jalan, saya akan masuk penjara, sebab saya akan membunuh mereka,” kata Mario Balotelli. Situs Stormfront ditutup di Italia karena menyebut Mario Balotelli: “Dia hitam dan Yahudi. Dia seharusnya bermain untuk Israel bukan Italia.”

Tahun 2014 Mario Balotelli perkuat AC Milan dan menjamu Napoli di Stadion San Paolo pada 9 februari, suporter tuan rumah melancarkan rasial terhadap Mario Balotelli. Saat itu pelatih Rossoneri, Clarence Seedorf, terpaksa menarik keluar Mario Balotelli karena tidak tega melihat kesedihan Mario Balotelli. Tuan rumah meneriaki kata-kata hina kepada Mario Balotelli, Ia hanya tunduk dan mengeluarkan air mata.

Tahun 2019 Mario Balotelli bermain di Brescia. Ketika mereka melawan Hellas Verona dalam laga pekan ke-11 Serie A pada tanggal 03 November 2019. Mario Balotelli marah setelah diperlakukan rasis oleh ultras Verona. Saat duel dengan salah satu pemain lawan, Mario Balotelli langsung mengambil bola dan menendangnya ke arah fans tuan rumah.

Pada 6 Januari 2020, saat Mario Balotelli sudah berusia 29 tahun, terjadi rasisme lagi saat laga Brescia lawan Lazio. “Ini merupakan kekalahan yang menyakitkan, tapi kami akan kembali lebih kuat dan di jalan yang benar. Suporter Lazio di stadion hari ini, Kalian Tidak Tahu Malu! #saynotracism,” tulis Mario Balotelli.

Pada momen lain, di tim AC Milan di Serie A melawan Roma ditunda beberapa menit karena sporter lawan di tribun serentak menyanyikan lagu rasis kepala Mario Balotelli. Meski demikian, Ia tetap membela tim dan berkata,”Minoritas kecil yang mencacinya adalah orang-orang yang dungu dan iri.

“Saya menerima kritik profesional, tetapi satu-satunya yang mengganggu saya adalah rasisme,” ucap Balotelli kepada FourFourTwo. Seakan sepak bola dunia tidak menerima seorang pria hitam yang bernama Mario Balotelli bermain diatas lapangan hijau untuk sebuah tim dan negara Italia yang Ia cinta.

Rasisme dan sikap intoleransi masih hidup subur tidak hanya di bagian dunia eropa. Sikap intoleransi itu ada dimana-mana, dengan berbagai cara. Di dunia sepak bola hanya salah satu dan sering terjadi depan mata kita, misalnya dunia sepak bola Indonesia, banyak pemain sepak bola asal Papua masih mengalami rasis dari suporter lawan.

Rasisme secara umum dapat diartikan sebagai serangan sikap, kecenderungan, pernyataan, dan tindakan yang mengunggulkan atau memusuhi kelompok masyarakat terutama karena identitas ras. Rasisme juga di pandang sebagai sebuah kebodohan karena tidak mendasarkan pada satu ilmu apapun, serta berlawanan dengan norma-norma etis, perikemanusiaan, dan hak-hak asasi manusia.

“Drogba memenangkan segalanya dengan Chelsea, Eto’o memenangkan segalanya dengan Barca dan Inter, tetapi apakah mereka memberi mereka emas? Tidak… Mengapa?… karena mereka tidak memiliki kemanusiaan untuk memberikan emas kepada orang Afrika kulit hitam. Emas bukanlah bola yang diberikan kepada yang terbaik… Emas sejati adalah menjadi orang yang berhati baik dan tidak menyakiti perasaan orang lain. Yang benar adalah mereka memiliki rasisme tetapi bukan kemanusiaan,” Kata George Weah, pemain ex AC Milan yang berhasil meraih Ballon d’Or, dan Ia perna menjadi Presiden Liberia periode 2015-2018.

(Nomen Douw)

Share this Link

Comments are closed.