CERPEN – Desi duduk di ruang tamu setelah lima menit dalam kamar mandi. Ia habis muntah-muntah. Desi sadar kalau akan hamil setelah baku naik dengan Maikel. Maikel pacar kedua Desi dan Dia penyanyi musik rap di kota Jayapura. Lagu-lagu Maikel hampir semua viral di Papua; orang-orang pake goyang di banyak acara. Desi dan Maikel bertemu saat Maikel pulang liburan Natal ke Merauke. Maikel lahir besar kota Jayapura dan baru pertama kali libur Natal keluar kota Jayapura. Dia selalu Natal di Jayapura.

Liburan Natal di Merauke, Maikel diam-diam komunikasi dengan Desi. Mereka bertemu diam-diam dan baku bawa. Maikel rahasiakan Desi karena pacar yang Dia sayang ada di Jayapura. Desi yang baru umur dua puluh dua tahun juga tidak ingin bercerita ke orang dekat kalau Dia. Hubungan mereka benar-benar gelap dan rahasia. Tidak ada orang satu pun yang tau hubungan mereka sampai Maikel kembali ke kota Jayapura.

“Maikel, nanti Sa datang kuliah di Jayapura tahun besok.” Kata Desi dengan bibir gemetar melepas Maikel di ruang tunggu keberangkatan Mopah.

Tahun depan Desi akan kuliah di Jayapura. Karena Maikel. Tapi Maikel hanya melihat wajah Desi; wanita kecil yang memikul rindu lapis sedih lepas genggaman tangan. Sinar mata Desi menatap Maikel sampai masuk perut pesawat Lion Air. Walau pun bedah kota, komunikasi Maikel dan Desi tidak putus. Maikel kadang balas lama karena sering bersama pacar lama di kota Jayapura. Desi sudah serius dengan Maikel, dia harap Maikel jadi pacar satu-satunya dalam hidup dan mereka menikah seperti kebanyakan orang di gedung besar. Dihadiri ratusan orang di kota.

Dua bulan berlalu dengan masing-masing dunia di Jayapura dan Merauke. Desi sudah merasa aneh dengan kondisi tubuhnya. Mual-mual dan sering berlari pergi ke kamar mandi. Setelah periksa, terbukti Desi hamil. Desi tidak sedih dan kesal seperti kebanyakan anak zaman ini. Desi sangat senang akan punya anak bayi dari Maikel. Pria yang dia sayang.

Sebelum tidur diatas ranjang, Desi kadang menaruh tangan diatas perut yang belum terlihat dan senyum-senyum kecil sambil menatap plafon putih. Desi belajar cara merawat anak yang masih dalam perut dan juga setelah lahir melalui youtube dan google. Desi percaya mamanya akan senang mendengar Desi hamil, tapi bapaknya tidak, akan marah keras karena ingin Desi sekolah dan menjadi dokter.

“Malam kaka.” chat Desi melalui mesengger kepada Arnol, kaka kompleks yang baru pulang kuliah dari Jawa ke Merauke. Desi suka curhat dengan Arnol ketika Dia datang main-main kerumah.

“Malam juga ade Desi.” balas Arnol.

“Kaka Sa galau sekali.” balas Desi ingin cerita.

“Kenapa ade?” tanya Arnol.

“Sio kaka, ade hancur sekali.” kesal Desi.

“Io, kenapa ade?” tanya Arnol penasaran.

“Kaka di?” tanya Desi ingin ketemu.

“Rumah ada minum kopi saja ini.” balas Arnol.

“Kaka Sa mau cerita tapi kaka dirumah jadi, io sudah.” balas Desi ingin cerita di tempat yang hanya mereka dua.

“Datang kerumah sudah adeku.” balas Arnol.

“Kaka Sa takut, nanti keluarga dong bilang apa lagi.” Balas Desi membigungkan Arnol.

“Bilang apa jadi?” tanya Arnol.

“Trada kaka maksudnya to.” balas Desi.

“Ade pu mama itu Sa kaka perempuan, tong nene ade kaka kandung adeku.” jelas Arnold menjelaskan hubungan keluarga.

“Bah, io ka, mama tra perna cerita itu?” balas Desi ragu.

“Kaka biasa main-main kerumah itu ade pikir apa jadi?” tanya Arnol aneh dengan Desi.

“Pikir kaka punya tujuan lain kah.” balas Desi dengan emoji ketawa.

“Bah, ade Desi. Makanya ade harus tau keturunan mama dan bapa, tanya soal keluarga dan budaya kita Papua.” jelas Arnol menegur Desi.

“Adoh kaka maaf sekali, itu benar.” balas Desi minta maaf.

“Baru siapa yang bikin ade Desi galau?” tanya Arnol penasaran.

“Sa malu bilang kaka,” balas Desi.

“Siapa ade?” tanya Arnol.

“Ado kaka.” balas Desi malu.

“Siapa ade, bicara sudah?” balas paksa Arnol.

“Kaka pu ade laki-laki di Jayapura.” jelas Desi dengan emoji sedih.

“Yeskon!!, Maikel ka?” balas Arnol kaget.

“Io kaka, Sa hamil dari Maikel. Baru saja kita baku telfon, baru dia marah-marah Sa. Dia bilang sa kasi gugur.” jelas Desi dengan emoji sedih.

“Kamu dua ini tra tau adat sekali, kita ini keluarga dekat ini, kamu dua baku naik baru mau kasi hamil itu coba baku tanya dulu ka.” jelas Arnol dengan kesal. Arnol kaka kandung dari Maikel.

“Kaka sudah, barang su dalam. Tong juga tidak tau jadi. Kamu keluarga besar juga bicara politik terus jadi susah, coba sekali-kali itu bicara keturunan dan budaya. Kamu semua juga salah.” jelas Desi sedih.

“Ko mama dan bapa yang salah, termasuk Sa juga adeku. Tidak papa ade, sekarang barang su dalam jadi, kembali ke Desi saja.” Balas Arnol.

“Io kaka, tapi maaf kalau untuk kasi gugur tidak mungkin. Sa perempuan kecil tapi Sa punya kewajiban untuk melahirkan, karena anak itu pemberian Tuhan, berkat Tuhan. Lebih baik Sa mati dengan anak ini dari pada Sa kasi gugur.” optimis Desi untuk melahirkan.

“Papua besar ini butuh manusia adeku.” Balas Arnol setujuh dengan kata Desi.

“Sa mama senang sekali Sa hamil kaka. Sa mama tidak marah Maikel dan Sa. Benar, kita keluarga dekat, tapi mama bilang barang su jadi. Tetap kita bersyukur sudah mau ada manusia baru dalam kita punya keluarga, marga, suku dan bangsa Papua.” jelas Desi.

“Baru ade bapa bagaimana?” tanya Arnol.

“Bapa belum tau dan bapa masih di Jawa. Nanti bapa pulang baru Sa dengan mama bilang bapa.” balas Desi.

“Nanti Sa telfon Maikel datang baru kita bicara lagi nanti.” balas Arnol.

“Sa lebih cinta Maikel dari pada kaka ko jadi tolong jaga rahasia kaka. Anggap saja kita tidak perna baku naik di Sa kamar kecil waktu mama ke pasar itu kaka.” jujur Desi kepada Arnol.

“Ok sip, aman itu adeku.” balas santai Arnol.

Lima bulan kemudian. Perut Desi sudah kelihatan. Semua keluarga besar telfon Maikel datang ke Merauke, dan semua paksa Maikel harus menikah dengan Desi karena karena sudah hamil. Kaka kandung Arnol ikut memaksa adiknya Maikel untuk datang ke Merauke. Dengan berat, Maikel putus dengan pacar yang Dia cinta di Jayapura. Mereka pacaran sejak SMP sampai kuliah dan hampir menikah. Tapi Maikel harus menikah dengan Desi: perempuan kecil yang Dia kenal dalam waktu yang singkat. Maikel tidak tau, akan terjadi seperti ini.

Kemarahan bapa Desi meredah setelah kopeng kata-kata ampuh dari mama Desi. Desi hanya tunduk kepala samping Maikel yang sudah tiba kemarin. Dua hari kemudian, keluarga besar sepakat untuk tanggal pernikaan Maikel dan Desi. Acara pernikaan berlalu dengan sederhana. Tidak seperti yang Desi imajinasikan dalam kamar. Desi, Maikel dan Arnol tinggal satu rumah dengan kaka pertama dari Arnol, Maikel serta dua anak dan istrinya. Desi melahirkan dirumah tanpa pergi ke rumah sakit untuk operasi. Mama Desi menjadi medis tradisional yang memiliki metode khusus dirumah saat proses lahir.

“Anak ini wajahnya ikut Dia bapa tua Arnol.” kata Mama Desi sambil menggambil anak dari pelukan Desi setelah tiga bulan kemudian setelah melahirkan.

“Io mama, muka sama dengan dong Dua.” respon Desi dengan senyum kecil menyimpan rahasia di wajahnya.

(Nomen Douw. Abepura, 7 Februari 2024)

Share this Link

Comments are closed.