Oleh: Hari Suroto dari Balai Arkeologi Papua

Miras adalah masalah utama yang harus ditangani semua pihak baik pemerintah dan masyarakat. Di Papua, miras masih menjadi penyumbang utama kasus-kasus kriminalitas, padahal budaya miras tidak sesuai dengan budaya Orang Asli Papua (OAP).

Lalu sejak kapan, minuman keras atau minuman beralkohol mulai ada di Papua ?

Peter Bellwood, salah seorang pengajar di Australian National University dalam buku Man Conquest of the Pacific: The Prehistory of South East Asia and Oceania (1978) menyebut, penutur Austronesia yang datang di pesisir Papua sekitar 3000 tahun yang lalu juga memperkenalkan pembuatan minuman beralkohol hasil sadapan pohon aren atau kelapa.

Dalam budaya tradisional Papua, suku Maybrat di Ayamaru memiliki kebiasaan minum arak atau dalam bahasa setempat disebut dengan ara dju.

Arak diminum orang Maybrat pada pesta atau pertemuan atau dengan tamu. Cairan ini disadap dari pohon aren. Di daerah utara Danau Ayamaru arak disebut djy atau tuwoq (berasal dari kata Melayu tuwak).

Lain halnya di daerah Kampung Waena Jayapura, tuak atau sagero disadap dari pohon kelapa. Orang Tehit di Teminabun Sorong, menyebut sagero sebagai “minuman persaudaraan”. Oleh orang Tehit, sagero ini disadap dari pohon aren.

Minuman keras modern di Papua dipercaya diperkenalkan oleh tentara Amerika dan Australia pada saat terjadinya Perang Pasifik tahun 1944.

Kebiasaan minum alkohol muncul di kalangan orang Papua melalui kontak orang-orang kulit putih dari Eropa, Melayu dan orang Timor dari Tidore Ternate.

Daerah pesisir pantai Papua lebih dahulu melakukan kontak dengan orang luar Papua dan telah mengenal minuman beralkhohol dari pohon kelapa ataupun aren yang disebut sagero (saguer/bobo).

Sementara bagi warga di wilayah pegunungan Papua, miras memang bukan menjadi budaya mereka. Hal itu disebabkan tidak adanya bahan untuk memproduksi alkohol seperti misalnya pohon kelapa.

Bagaimanapun, budaya mengkonsumsi minuman keras adalah budaya manusia gagal yang tidak sesuai dengan budaya Orang Asli Papua (OAP). Apapun alasannya, miras sama sekali tidak bermanfaat bahkan dapat membunuh OAP.

Masih banyak budaya yang baik yang perlu ditiru dan dikembangkan di Papua khususnya budaya asli Papua sendiri.

Share this Link

Comments are closed.