CERPEN – “Perempuan Hamadi West Papua berpisah dengan seorang pria tentara Belanda karena hasil Pepera 1963, walaupun memiliki buah hati bernama Noda”
Sewaktu masa transisi Papua dalam NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) tercipta. 1 Mei 1963 Untea menyerahkan pulau Papua kepada Indonesia. Cerita ini di kota Holandia West Papua 1962-an. Perempuan asli Papua dan Tentara Belanda berpisah setelah hasil Pepera 1969 mengubah Holandia menjadi Irian Jaya kedalam Indonesia. Cinta Milla dan James ikut berubah. Setelah tiga hari berpisah dengan James (seorang tentara Belanda). Siang Milla di dapur, rumah pondok kayu milik orang tua Milla di Hamadi. Milla tidak tahan mendengarkan pidato Soekarno (4 Mei 1963) sampai di gendang telingga Milla. Suara pidato demagog untuk kemenangan Indonesia atas Belanda di West Papua.
“Sekarang saya tanya kepada Saudara-saudara, kepada dunia internasional, mengapa pihak Belanda menjadikan Irian Barat sebagai satu boneka Papua? Belanda menghasut rakyat Irian Barat, menjalankan satu politik memecah belah kedaulatan RI dengan mendirikan negara West Papua, mengibarkan bendera Papua, menciptakan lagu kebangsaan zogenaamde nasional Papua,” Pidato Presiden Sukarno di Jogjakarta melalui radio.
“Mama.. kasi mati radio ka, sa tidak mau dengar.” Teriak Milla dari dapur sambil putar papeda. Milla masih dalam kesedihan setelah dua hari lalu Ia berpisah dengan James, bapak dari nona Noda, buah hati Milla dan James. Mamanya tidak mendengar. Milla segera berdiri dan pergi ke ruang depan. “Cakk!!!,” Milla mematikan radio.
Milla, anak perempuan dari mama Yuli, asal kampung Tobati. Milla anak satu-satunya. Milla sudah berumur 22 tahun, gadis melanesia berambut kriting bergelombang hitam, bertubuh tinggi 168, wajah bulat hidung mancung kecil, mata bulat besar, bokong gemuk, perut tidak kembung keluar. Milla cantik. Keluarga Milla dekat dengan doktrin Agama Kristen yang radikal dari bapak Milla. Mereka tinggal sudah lama di Wilayah pangkalan militer Belanda dibawah pimpinan Jenderal Douglas McArthur. Hamadi Gunung, rumah dekat Pantai Hamadi, hanya 50 meter.
Bapak Milla pemimpin Gereja wilayah kota Holandia. Ada hukum Agama yang melarang seorang pelayang tidak menambah istri lebih dari satu, anak perempuan dan laki-laki harus dijaga, tidak boleh menikah diluar dari Agama Kristen, lebih berat hamil atau menghamili diluar pernikaan Kristen. Jika terjadi, hukumanya menjadi tanggungan bapaknya. Diberhentikan dari petugas Gereja.
Belanda di Papua sekitar 1828. Rempa-rempa membawah perubahan-perubahan yang mencolok. Orang-orang Belanda berinteraksi dengan Papua. Belanda menggambil sebagian hidup orang Papua selama 30 tahun lebih dengan beberapa projek industri yang sedikit modern. Militer Belanda berbaur dengan masyarakat Papua selama perang dingin. Banyak pemuda Papua menjadi militer pembantu Belanda, seperti PVK di bawah komando kolonel marinir W.A Van Heuven. Belanda membentuk Negara Papua Barat 1991.
Banyak pendidikan dipraktekkan di Papua dengan arah pendidikan khusus untuk orang-orang Papua, misalnya pertanian,peternakan, perikanan. Milla, anak dari seorang pemimpin Gereja yang memiliki cerita yang berbedah dari luar hukum gereja. Agama masuk di Papua 5 Februari 1855, lebih cepat mendoktrinisasi masyarakat Papua sebelum sistem negara masuk.
Milla sudah berumur 25 tahun. Kondisi tahun 1968 membuat Milla harus bekerja di markas besar militer Belanda selama 1 tahun lebih. Sebelum Pepera 14 Juli–2 Agustus 1969. Milla cukup belajar sedikit banyak menjadi seorang ibu yang memahami dapur versi modern bersama cooking coach orang Belanda sebelum Milla bekerja di kamp di Hamadi Pantai. Milla masuk bekerja. Sekitar 20 wanita Papua bekerja disana, di dapur kamp militer Belanda setiap hari dengan jadwal masuk kerja.
Milla melahirkan seorang anak perempuan yang cantik dari seorang tentara Belanda, namanya James. Milla menamai Noda (Nona Belanda). Noda dibentuk dari sperma seorang tentara Belanda waktu Milla bekerja di kamp, Milla sering berpergiaan dengan James. Selama 1 tahun bekerja, selama itu mereka dua bercinta alias baku naik diluar pernikaan.
“James ikut Saya, ada yang ingin saya cerita,” Ajak Milla setelah Ia mencari dibeberapa tempat dalam kamp, rupanya James sedang piket pagi di pos. Milla dan James bertemu sore.
“James, kau tau tidak, Saya hamil, ” Cerita Milla kepada James di Kamp sambil duduk menghadap pantai hamadi. Duduk diatas pohon kelapa yang sudah tidur diatas tanah.
“Truss bagaimana? Tanya James dengan santai.
“Saya harus sembunyikan kabar ini dari semua orang, Saya harus pergi ke kampung Tobati di keluarga saya.” Jelas Milla kepada James. Jarak Kamp dengan kampung Tobati berjarak 30 kilo meter.
“Oke, Saya akan urus dan besok kamu harus berangkat,” Balas James menyetujui permintaan Milla.
“Saya akan melahirkan disana, tidak di Orang tua saya di Hamadi,”Jelas Milla kepada James.
“Kenapa.” Tanya James.
“Saya harus sembunyikan kabar ini demi pekerjaan bapa Saya,”Jelas Milla dengan wajah sedikit sedih.
“Okey, tapi Milla ingat, Saya Cinta sama kamu, kita harus bertemu lagi bersama anak kita,” Jelas James sambil Ia berdiri untuk kembali ke Pos penjagahan. James mencium Milla dan pergi.
“Ia, James,” Singkat Milla.
“Milla tunggu disini, Saya ambil bekal untuk kamu,”Jelas James dan Ia gerak dan berlari ke baraknya. Ia datang membawah dua plastic besar, isinya roti dan makanan kaleng.
“Makasih James, pagi besok Saya akan berangkat, sekarang Saya pulang untuk persiapan,” Balas Milla sambil Ia memegang plastic.
“Okey, hati-hati, sampai jumpa sayang,” Balas James.
Milla sampai di rumah setelah bekal Ia sembunyi diluar. Ia akan pergi pagi-pagi ke kampung Tobati dengan menyeberang menggunakan perahu dan jalan kaki:
“Mama, bapa, besok pagi saya ke bibi di kampung Tobati, satu minggu saya disana,” Kata Milla kepada kedua orang tua sambil Milla makan papeda dan Ikan di dapur kayu.
“Baru kerja bagaimana?” Tanya mamanya.
“Saya sudah Izin tadi,” Balas Milla.
“Tidak papa, hati-hati saja, bilang bapa salam ke bibi,” Sambung Bapaknya, sambil makan papeda.
“Sip, bapa, ” Balas Milla.
Pria bule bernama James itu telah melapor kepada pimpinan untuk diliburkan dengan alasan sakit. Milla meminta James untuk tidak menyebarkan kabar kehamilanya demi menjaga nama bapaknya sebagai pelayan Gereja.
Pagi-pagi Milla sampai di pelabuhan sipil, tempat menuju ke kampung Tobati. James sudah menunggu di dermaga kecil warga hamadi; menunggu Milla yang menggandung anaknya:
“James buat apa antar saya, pulang saja,”Jelas Milla kepada James, takut orang melihatnya.
“Saya hanya ingin salam,” Balas James.
“Okey, Saya berangkat dulu ya.”Milla naik perahu dan pergi. James melambaikan tanggan, sama juga dengan Milla, malambai. Milla dan James sudah berjanji akan bertemu bersama anak mereka.
Perahu kayu bersandar di pasir putih Tobati, kampungnya bibi. Sampailah Milla di rumah. Jarak dermaga tempat Milla turung dibibir pantai sekitar 200 meter. Bibi sedang menyapu halaman dengan handuk biru di leher. Melihat Milla datang, Bibi kaget. Bibi memeluk Milla lalu masuk rumah. Bibi dan Milla makan roti yang dibawa Milla dari Hamadi.
Waktu sudah sore di kampung yang masih natural. Angin meniup gelap berlalu malam. Rumah papan dengan para-para kayu dibawah pohon kelapa menghadap laut pasifik. Kampung di pesisir pantai Tobati yang indah dan elok. Malam pertama Milla cerita alasan datang ke kampung, bibi menyambut baik dengan bahagia. Bersyukur Milla hamil dan mereka akan punya keturunan. Bibi percaya alam dan persahabatan manusia.
“Bibi maaf, Sa datang karena Sa hamil, Sa mau melahirkan dari disini biar orang-orang di kota sana tidak tau, Sa tidak mau permalukan bapa,” Jelas mohon Milla kepada Bibi.
“Puji Tuhan, cucuku jangan khawatir, Sa ada, anak ini bibi akan tangani baik, kita butuh manusia anak” Jelas bibi dengan rasa syukur dan bahagia.
Milla hidup delapan bulan bersama seorang perempuan tua berumur 50 tahun di kampung Tobati. Bibi, seorang perempuan menjanda belasan tahun. Rumah papan pangung, pantai pasir putih, sejuk dan menyenangkan. Tak ada kekurangan yang signifikan walaupun puskesmas tidak ada. Akan berusaha melahirkan natural. Milla berpikir, jika anaknya lahir, Ia akan bemberikan sementara kepada Bibi dan pergi menjemput James melihat anak mereka. Bibi telah lama pisa dengan suaminya yang meninggal karena penyakit wabah malaria. Hidup sendiri selama sebelas tahun.
Malam jam 01: 11 waktu di Tobati Noda lahir dengan berkat penerang api mungil dalam botol, Bibi menjadi medis natural alamia, lahir dengan sempurna. Di bulan dua, 20 February 1969. Hanya mereka berdua, Milla dan Bibi. Gubuk itu jauh dari beberapa rumah di kampung Tobati, sedikit terpencil. Milla melahirkan Noda tanpa diketahui warga di sekitar dan tentu kedua orang tuanya di Hamadi.
Satu bulan bersama nona kecilnya di rumah papan panggung bersama Bibi. Seorang perempuan tua itu menyambut ceriah kelahiran Noda digubuknya. Noda akan besar dengan gaya tradisional di kampung. Bibi akan menjaga seperti anaknya sendiri. Dua bulan berlalu setelah melahirkan Noda. Milla akan bergi ke rumahnya di hamadi gunung. Tempat kedua orang tuanya dan Jemas tinggal disana.
Noda lahir tanpa James disamping Milla. Hanya bersama seorang perempuan janda. Kondisi Milla belum stabil setelah melahirkan, tapi tetap berangkat ke Hamadi.
Milla kembali dengan perahu,satu penumpang harga dua golden. Milla sampai di rumah pukul 17:00 sore waktu di Hamadi. Berangkat dari kampung jam 15:12 waktu di Tobati. Dalam perjalan Ia merenung akan hidup anaknya Noda, tapi Ia berjanji akan kembali melihat Noda bersama James. Milla percaya Bibi mampu menjaga dan merawat Noda. Milla merahasiakan informasi tentang kelahiran Noda; Milla tidak tegah menghukum bapaknya di komunitas Gereja, Milla menyayangi bapaknya.
“Milla, anakku,” Sambut mamanya setelah membuka pintu dan memeluknya erat.
“Mama,” Balas Milla dengan sedih.
“Masuk, Milla sakit ka?” Tanya mamanya.
“Pasti Milla lapar, makan dulu,” Ajak mamanya.
“Makasih mama,” Balas Milla duduk melihat makanan diatas meja.
Bapak Milla sedang di kamar sedang mempersiapan renunggan untuk hari minggu mendatang. Keluar setelah mendengar suara Milla.
“Milla, anakku sayang, apa kabarmu? ” Tanya bapaknya sambut kedatangan Milla, keluar dari kamar.
“Sa baik bapa,” Balas Milla, anak tunggalnya.
“Bagaimana dengan pekerjaan kamu di Kamp?” Tanya bapaknya lanjut setelah duduk di kursi makan.
“Baik bapak, hanya 6 bulan belakangan ini Sa di bibi, di Tobati,”Jelas Milla kepada bapaknya.
“Kenapa lama disana, kamu sakit disana ka?” Tanya bapaknya heran.
“Rencana hanya satu minggu disana tapi karena sa sakit jadi bertahan disana sampai sembuh sedikit baru sa datang bapak,”Jelas Milla kepada bapaknya. Berusaha menyembunyikan kelahiran Noda.
Tahun 1969 terjadi politik Pepera. Suasana kongflik sosial terjadi, dalam proses itu, West Papua bergabung kedalam Indonesia. Pada tahun itu, semua orang Belanda di West Papua kembali ke Negara asal mereka di negara kincir angin.
Pagi di kota Holandia pukul 09: 11 waktu di Hollandia, terakhir kalinya orang Belanda dan masyarakat Papua sedang saling bersalaman dengan sangat menyedihkan, ada yang nangis sedih dan berpelukan di dermaga pintu pesawat. Setelah Milla mendengar orang Belanda dan Militer Belanda sedang pulang, Milla berlari ke Kamp di Pantai Hamadi mencari James.
Milla berlari walau masih belum pulih dengan keadaan setelah melahirkan. Sampai di Kamp, semua tentara sudah apel di kota Holandia Dermaga, bersiap berangkat. Milla berangkat ke kota Holandia. Berlari cepat kesana. Milla khawatir James berangkat tanpa pelukan dari Milla. Milla hanya ingin menyampaikan kalau, anak mereka sudah lahir dengan keadaan yang baik, dan sekarang sudah berumur tiga bulan lebih kepada James.
Milla sampai di kota Holandia, orang-orang Belanda dan Militer sedang bergegas naik kapal. Milla berlari mendekat kapal setelah Ia melihat James dari jalan sedang naik kapal menggendong tas. Milla memanggil namanya dengan teriakan keras.
“James..James…James,” Teriak keras Milla memanggil.
James membalik wajah dengan cepat, sinar matanya melihat Milla. James turun kembali dengan cepat. Melihat Milla tanpa suara depan tubuh Milla berdiri kakuh, James memeluk Milla. Saling memeluk lama.
“Sayang kamu kenapa datang,” Kata James sambil melihat wajah Milla setelah memeluk lama.
“Saya hanya mau sampaikan kalau anak kita sudah lahir dengan keadaan selamat, anak kita perempuan,Dia sangat cantik, saya beri nama Noda,”Jelas Milla kepada James sambil Milla menggenggam tangan James.
“Syukurlah sayang, Saya mencintai Dia dan kamu, Saya minta maaf tidak ada di sampingmu,” Balas James.
“Tidak papa sayang, kami dua mencintaimu juga,” Balas Milla.
“Saya harus pergi sayang, jika waktu memihak, saya akan datang melihat anak kita dan kita pulang ke Belanda, maaf sayang, selamat tinggal, sampai jumpa, saya harus pergi, kapal siap berangkat,”Jelas tentara Belanda itu kepada Milla. Pertemuan yang terakhir setelah mereka saling cinta.
“Selamat jalan, Saya mencintaimu James, Tuhan melihat perpisahan ini, kita akan bertemu bersama anak kita,” Balas Milla dengan tanggis air mata melepaskan genggaman tangan James.
Sebentar lagi kapal militer milik Negara Belanda berjenis kapal induk Karel Doorman akan berangkat, lepas tali tinggalkan Milla bersama kota Holandia, kota yang mempertemukan mereka dua untuk nona kecil Noda, tapi sayang!. Air mata Milla bercurur melihatnya Dia pergi, James naik kapal sambil wajahnya melihat Milla kebawah. James telah mencintai Milla, diatas kapal, pandangan kepada Milla tidak menghilang hingga kapal menitik dari mata Milla dan James. Kapal menghilang dibalik tanjuk kampung alam kayu batu.
Milla tertunduk di emperan bagunan ruang tunggu, menanggisi perpisaan yang baru saja terjadi. Milla memikirkan akan seorang anak perempuan yang lahir dan akan besar tanpa seorang ayah di sampinya. Tapi juga Milla mencintai James.
“Milla, kamu kenapa disini,” Tegur teman kerja di kamp, namanya Ester bertemu Milla sedang bersedih.
“Tidak papa Ester,”Jawab Milla sambil Ia berdiri dan tersyenyum merapikan wajah yang basah air mata.
Baru saja seluruh orang West Papua menyaksikan kepergiaan orang-orang Belanda ke Negeri asal mereka setelah pepera (1969)dimenangkan kelompok dan West Papua bergabung dengan Indonesia.
“Milla kenapa waktu itu ko tiba-tiba berhenti kerja di kamp,” Tanya Ester sambil mereka dua jalan keluar dari wilayah pelabuhan kapal untuk pulang.
“Sa minta libur karena Sa sakit saja,” Balas Milla dengan santai sambil melangkah bersama.
“O… Ia…” Balas Ester
“Ester, sa duluan pulang ya, da..da..” Pamit Milla meninggalkan Ester di jalan utama kota Hollandia.
“Da…. da… Hati-hati Milla, sampai jumpa.” Balas Ester beri salam.
Milla sampai dirumah, Ia kunci kamar dan tidur. Pagi bangun setelah kemarin berpisah dengan James. Siang masak papeda untuk makan siang. Suara radio memberitakan berita tentang hasil Pepera berulang kali hingga berpulangnya Orang-orang Belanda ke Negeri asal mereka. Milla terpukul mengingat James mendengar suara radio. Cinta mereka Milla dan James menjadi satu keluarga yang bahagia di pisahkan oleh keputusan politik Negara yang direkayasa. Milla pergi ke ruang tamu dan mematikan radio, putus informasih tentang pepera dan kembalinya orang Belanda.
“Cakkk!!!!!.”Bunyi Milla mematikan radio.
Setelah satu bulan berlalu, Milla berangkat kampung Tobati. Milla menghabiskan banyak waktu bersama Bibi dan Noda di kampung Tobati. Noda semakin besar. Umur 7 tahun. Milla belum menikah dan jarang pergi ke kepada kedua orang tua di Hamadi. Satu tahun berlalu, Bapa Milla meninggal. Milla dengan sedih nangis pergi dengan cepat; membawah Noda bersama Bibi ke rumah Hamadi yang pertama kali. Mama Milla kaget melihat mendengar cerita tentang Noda.
“Milla anakku kamu dimana, bapa mau lihat tete, kamu harus menikah dan memiliki anak cepat,” Cerita mama kepada Milla di rumah. Kata yang selalu bapaknya ulang sementara sakit satu minggu di rumah. Milla menyesal, tidak perna membawah Noda dihadapan bapaknya. Milla hanya berpikir bapaknya akan marah dan berpikir tentang nama baik dimata orang-orang gereja.
(Cerpen:Mr. Nomen)