Dalam Gereja Katolik Roma, Rabu Abu adalah hari pertama masa Pra-Paskah dalam liturgi tahunan gerejawi. Hari tersebut ditentukan jatuh pada hari Rabu, 40 hari sebelum hari Paskah tanpa menghitung hari-hari Minggu, atau 44 hari (termasuk hari Minggu) sebelum hari Jumat Agung.

Masa ini dilambangkan dengan goresan abu pada dahi umat Katolik. Mengutip situs resmi Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), abu jadi tanda kerapuhan manusia yang mudah jatuh dalam kelemahan dosa sekaligus tanda pertobatan.

Merujuk pada kitab suci, abu juga jadi tanda pertobatan di Kota Niniwe. Laman Katolisitas mencatat, pada Kitab Kejadian (Kej.2:7), umat Katolik diingatkan bahwa manusia diciptakan dari debu tanah dan suatu ketika akan tiada lalu kembali menjadi debu.

Abu yang digunakan sendiri terbuat dari hasil pembakaran daun palma yang sudah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya. Dikisahkan, Yesus disambut bak raja di Kota Yerusalem. Orang-orang bersorak dan bernyanyi sembari melambaikan daun palma. Dalam tradisi umat Katolik, daun palma mengandung makna kemenangan.

Saat perayaan Rabu Abu, sembari menorehkan abu di dahi, Pastor atau Romo akan berucap ‘Bertobat lah dan percayalah pada Injil’ atau ‘Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu’.

Abu yang dioleskan di dahi bukan dilakukan tanpa makna. Mengutip berbagai sumber, abu di dahi membantu umat untuk mengenali kembali area spiritual. Dahi dan kepala adalah tempat pikiran dan akal budi bekerja.

Terhitung sejak Rabu Abu, umat Katolik akan melangsungkan masa pertobatan selama 40 hari tanpa menghitung hari Minggu. Masa ini akan genap pada Sabtu sebelum perayaan Minggu Palma.

Angka 40 mengingatkan umat Katolik akan perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama 40 tahun dan puasa Yesus selama 40 hari.

Setiap hari Rabu Abu dan Jumat Agung, orang Katolik diwajibkan untuk pantang dan puasa. Melalui pantang dan puasa, kita menjauhkan diri dari dosa, bertobat dan kembali percaya pada Injil.

Pantang berarti tidak makan daging atau pantang makanan lain yang disukai termasuk juga bisa melakukan pantang merokok. Pantang dilakukan selama hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat selama masa prapaskah terutama bagi mereka yang berumur 14 tahun ke atas. Daging yang dimaksudkan adalah segala jenis daging mamalia dan unggas.

Selanjutnya puasa berarti makan sekali kenyang dalam sehari. Itu artinya jika kita memilih untuk makan kenyang saat siang hari berarti kita makan sedikit saat malam. Tentunya sarapan, kita bisa memilih untuk minum teh atau air putih saja.

Gereja juga mengajarkan bahwa semua hari Jumat adalah hari penebusan dosa, dan pantangan adalah bentuk penebusan dosa yang paling tepat. Untuk lebih jelas mengenai pantang dan puasa, berikut 4 aturan gereja mengenai hal itu.

Kanon 1250 – “Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.”

Kanon 1251 – “Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus.”

Kanon 1252 – “Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.”

Kanon 1253 – “Konferensi para Uskup dapat menentukan dengan lebih rinci pelaksanaan puasa dan pantang; dan juga dapat menggantikan seluruhnya atau sebagian wajib puasa dan pantang itu dengan bentukbentuk tobat lain, terutama dengan karya amal-kasih serta latihan-latihan rohani.”

Ingat, Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa bukan apa yang masuk ke dalam perut itu menajiskan kita, tetapi yang keluar dari hati kita itulah yang menajiskan. Kita harus tanamkan tiga hal utama yang menjadi pesan Injil Matius 6:1-6, 16-18, yakni; Puasa, Amal dan Doa.

Janganlah kita berpuasa, berbuat amal dan berdoa dengan munafik. Kita sebaiknya melakukan itu semua dengan jujur. Tuhan tahu isi hati kita.

Semoga doa, pantang dan puasa membuat kita semakin mendekatkan diri kepada Tuhan dan lebih mengasihi sesama. 

Share this Link

Comments are closed.